Selasa, 19 April 2016



Cara Budidaya Bawang Merah di Lahan Kering

lokasi Desa Padang Jaya, Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser.

 springkel
 14 HST
 45 HST
 50 HST
 55 HST Panen
 eksis
 3 Hari Pengeringan

1. Syarat Tumbuh

  • Bawang merah tumbuh dengan di dataran rendah hingga dataran tinggi pada sekitar 1000 dpl
  • Hasil produksi terbaik pada dataran rendah dengan iklim 25-32 °C , dengan penyinaran 75%
  • Persyaratan tanah : gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik
  • Jenis tanah yang paling bagus yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu
  • pH tanah 5-5 -6,5
  • drainase dan aerasi tanah diusahakan yang bagus
Syarat tumbuh yang  sampaikan di atas tidaklah mutlak, namun Anda dapat mengkondisikan sesuai dengan wilayah Anda masing – masing.

2. Pengolahan Tanah Kering

ilustrasi – persiapan lahan untuk budidaya bawang merah
  • Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
  • Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
  • Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
  • Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit/kapur pertanian dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
  • Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.

3. Pupuk dasar

  • Berikan pupuk : 2-4 kg Urea /7-15 kg ZA(tidak dianjurkan pada kondisi tanah masam) + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah untuk 1000m2.
  • Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

4. Pemilihan Bibit

Sebelum Anda menanam bibit, sebaiknya tanah sudah disiram terlebih dahulu, kalau diperlukan buatlah atap yang bisa mengayomi bibit bawang merah dan panas yang terik atau hujan.
Untuk syarat pemilihan bibit seperti berikut ini ;
  • Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
  • Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
  • Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
  • Atau anda bisa menguunakan bibit dari biji yang sudah terbukti bebas penyakit layu dan bersertifikat dari deptan. Sebagai solusi dari mahalnya bibit umbi untuk kebutuhan per hektarnya.

5. Masa Tanam

A. Jarak Tanam
  • Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm.
  • Pada Musim Hujan 20 x 15 cm .
B. Cara Tanam
·         Seleksi bibit yang akan ditanan setelah seleksi bibit,kemudian  dipotong ujung umbi 1/3 bagian umbi.
  • Umbi bibit yang sudah dipotong direndam dengan FUNGISIDA + air ( dosis 1 SDM/lt air selama 5-10 menit)lalu diangkat.
  • Taburkan BAKTERISIDA secara merata pada umbi bibit yg telah direndam FUNGISIDA
  • Simpan selama 1x24 jam sebelum tanam/kering anginkan suhu ruangan
  • Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah sedalam tinggi umbi. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

 6. Pemupukan

Dalam budidaya bawang merah kita menggunakan 2 bentuk pupuk ;
  • Pupuk dasar yaitu pupuk  kandang bisa sapi atau kambing 15-20 ton/ha atau kotoran ayam 5-6 ton/ha atau kompos 2,5 ton/ha.  Pupuk buatan juga diperlukan TSP 150-200 kg/hektar. Langkah-langkah memberikan pupuk dasar yaitu dengan menyebar dan mengaduk rata dengan tanah 1-3 hari sebelum tanam.
  • Pupuk susulan yaitu berupa urea 150kg, dan KCL 150/ha. Pemupukan susulan yang pertama dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan pemupukan susulan kedua yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan 1/2 dosis.

7. Penyiraman dan Penyiangan

Yang perlu diingat bahwa bawang merah memerlukan banyak air, namun dia tidak tahan terhadap genangan atau tanah yang becek. Penyiraman sebaiknya dilakukan menggunakan gembor. Untuk tanaman berumur 0 -10 hari, penyiraman dilakukan 2 (dua) kali yakni pagi dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata) digunakan di lahan persawahan, untuk lahan kering tetap dengan gembor atau selang. Apabila digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari. Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali. Penyiangan pada budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan 2 kali yakni pada saat tanaman berumur 10 -15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan). Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.

8. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama-hama penting pada budidaya bawang merah serta cara pengendaliannya adalah sebagai berikut.
  • Ulat daun bawang (Spodoptera exiqua). Gejala serangan : pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga kadang-kadang daun terkulai. Cara pengendalian : rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
  • Trips (Trips tabaci Lind.). Gejala serangan : terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau. Cara pengendalian : mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
  • Ulat tanah (Agrotis epsilon). Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.
  • Penyakit bercak ungu atau trotol (Alternaria porri). Gejala serangan : pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung hitam. Serangan umumnya terjadi pada musim hujan. Cara pengendalian : rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan 4 F.
  • Nematoda akar (Ditylenchus dispaci). Gejala seranga : tanaman kerdil dan tidk mampu membentuk umbi. Cara pengendalian : pemberian Furadan 3G sebanyak 20-80 kg per hektar.

9. Panen dan PascaPanen

Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri :
  • Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang telah lemas dan daun menguning
  • Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di permukaan tanah
  • Warna kulit umbi mengkilat atau memerah
  • Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat)
  • Umbi yang telah diikat dijemur dengan posisi daun berada di atas (selama 5-7 hari). Setelah daun kering, ikatan diperbesar dengan menyatukan 3-4 ikatan kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatan dijemur kembali dengan posisi umbi di atas (selama 2-3 hari),
  • Bila umbi telah kering, umbi siap disimpan di gudang atau di para-para.atau dilakukan pengasapan agar tidak mudah busuk dan tahan lama.

impac point bawang merah


Padi KOMPONEN FAKTOR PENENTU (BAWANG MERAH) BOBOT RESPONDEN KELOMPOKTANI…. Jml.Resp dibawah maksimal scor dibawah nilai maksimal  Rata-rata SKOR dibawah nilai maksimal   %-ase SKOR 
A B
                     
1 BIBIT     (0-250)            
1.1 Mutu Bibit /  Asal Bibit   (75)            
1.1.1 Baik / berlabel 75 8 8 16 1200      75  
1.1.2 Cukup baik (turunan benih berlabel generasi 1-3 berasal dari pertanaman yang tidak terinfeksi penyakit) 50 0 0 0 0      -    
1.1.3 Sedang (turunan benih berlabel lebih dari generasi 3 atau berasal benih tidak jelas silsilah dan diragukan bebas dari penyakit) 25 0 0 0 0      -    
1.1.4 Kurang baik (berasal dari tanaman yang pernah terserang penyakit) 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
1.2 Varietas Bibit   (75)            
1.2.1 Varietas Unggul 75 8 8 16 1200      75  
1.2.2 Varietas lainnya yang sudah beradaptasi di daerah tersebut 35 0 0 0 0      -    
1.2.3 Varietas lainnya yang belum diketahui adaptasinya 0 0 0 0 0      -         -  
      0 0 0 0      -    
1.3 Penggantian Bibit   (50)            
1.3.1 Sesuai anjuran 50 8 8 16 800      50  
1.3.2 Tidak sesuai anjuran 25 0 0 0 0      -    
1.3.3 tidak ada penggantian bibit 0     0 0      -         -  
      0 0 0 0      17  
1.4 Jumlah Bibit yang digunakan per satuan luas   (50)            
1.4.1 Sesuai anjuran 50 8 8 16 0      -    
1.4.2 Tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0      -         -  
      0 0 0 0      -    
2 PEMUPUKAN     (0-150)            
2.1 Dosis Pupuk Anorganik (buatan)   (50)            
2.1.1 Sesuai anjuran 50 8 8 16 800      50  
2.1.2 Tidak sesuai anjuran 25 0 0 0 0      -    
2.13 Tidak dipupuk 0     0 0      -         -  
      0 0 0 0      17  
2.2 Dosis pupuk organik (kandang/kompos)   (25)            
2.2.1 Sesuai anjuran 25 6 6 12 300      25  
2.2.2 Tidak sesuai anjuran 10 2 2 4 40      10  
2.2.3 Tidak dipupuk 0 0 0 0 0      -         -  
      2 2 4 40      12  
2.3 Cara pemberian pupuk anorganik   (20)            
2.3.1 Sesuai anjuran 20 6 6 12 240      20  
2.3.2 Tidak sesuai anjuran 10 2 2 4 40      10  
2.3.3 Tidak dipupuk 0 0 0 0 0      -         -  
      2 2 4 40      10  
2.4 Cara pupuk organik (kandang/kompos) (20)            
2.4.1 Sesuai aunjuran 20 4 5 9 180      20  
2.4.2 Tidak sesuai anjuran 10 4 3 7 70      10  
2.4.3 Tidak dipupuk 0 0 0 0 0      -    
      4 3 7 70      10       50
2.5 Saat Pemberian Pupuk An-Organik (buatan) (25)            
2.5.1 Sesuai aunjuran 20 6 6 12 240      20  
2.5.2 Tidak sesuai anjuran 10 1 1 2 20      10  
2.5.3 Tidak dipupuk 0 1 1 2 0      -    
      2 2 4 20       5       20
2.6 Saat Pemberian Pupuk organik (kandang/kompos) (20)            
2.6.1 Sesuai aunjuran 20 4 5 9 180      20  
2.6.2 Tidak sesuai anjuran 10 4 3 7 70      10  
2.6.3 Tidak dipupuk 0 0 0 0 0      -    
      4 3 7 70      10       50
3 PENGAIRAN (0-100)            
3.1 Pengaturan kebutuhan air saat tanaman muda (0-31 Hst) (25)            
3.1.1 Sesuai aunjuran 25 7 7 14 350      25  
3.1.2 Tidak sesuai anjuran 10 1 1 2 20      10  
3.1.3 Tidak ada pengaturan kebutuhan air 0 0 0 0 0      -    
        1 1 2 20       5       20
3.2 Pengaturan kebutuhan air saat tanaman Dewasa (30-49 Hst) (25)            
3.2.1 Sesuai aunjuran 25 6 7 13 325    
3.2.2 Tidak sesuai anjuran 10 2 1 3 30      10  
3.2.3 Tidak ada pengaturan kebutuhan air 0 0 0 0 0      -    
        2 1 3 30       5       20
3.3 Pengaturan kebutuhan air saat menjelang panen (50-70 Hst) (25)            
3.2.1 Sesuai aunjuran 25 8 8 16 400    
3.2.2 Tidak sesuai anjuran 10 0 0 0 0      -    
3.2.3 Tidak ada pengaturan kebutuhan air 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
3.4 Pembuatan parit / drainase (25)            
3.3.1 Dibuat parit sesuai anjuran 25 8 8 16 400    
3.3.2 Dibuat parit tidak sesuai anjuran 10 0 0 0 0      -    
3.3.3 Tidak Dibuat parit  0 0 0 0 0      -    
          0 0 0 0      -         -  
4 BERCOCOK TANAM (0-100)            
4.1 Cara pengolaha tanah (10)            
4.1.1 Sesuai aunjuran 10 6 5 11 110      10  
4.1.2 Tidak sesuai anjuran 5 2 3 5 25       5  
4.1.3 Tidak ada pengolahan tanah 0 0 0 0 0      -    
        2 3 5 25       3       25
4.2 Lebar Bedengan (10)            
4.2.1 Sesuai aunjuran 10 5 6 11 110    
4.2.2 Tidak sesuai anjuran 5 3 2 5 25       5  
4.2.3 Tidak ada Bedengan 0 0 0 0 0      -    
        3 2 5 25       3       25
4.3 Jarak Antar Bedengan (10)            
4.3.1 Sesuai aunjuran 10 8 8 16 160    
4.3.2 Tidak sesuai anjuran 5 0 0 0 0      -    
4.3.3 Tidak ada pengolahan tanah 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
4.4 Jarak Tanam (10)            
4.4.1 Sesuai aunjuran 10 8 8 16      
4.4.2 Tidak sesuai anjuran 5 0 0 0 0      -    
4.4.3 Asal saja (tidak ada jarak tanam 0 0 0 0 0      -    
      0 0 0 0      -         -  
4.5 Perlakuan Bibit (10)            
4.5.1 Sesuai aunjuran 10 8 8 16      
4.5.2 Tidak sesuai anjuran 5 0 0 0 0      -    
4.5.3 Tidak ada perlakauan Bibit 0 0 0 0 0      -    
      0 0 0 0      -         -  
4.6 Kedalaman Bibit yang ditanam (10)            
4.6.1 Sesuai aunjuran 10 7 7 14      
4.6.2 Tidak sesuai anjuran 0 1 1 2 0      -    
      1 1 2 0      -         -  
4.7 Cara Penanaman (10)            
4.7.1 Sesuai aunjuran 10 8 8 16      
4.7.2 Tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
4.8 Penjarangan (10)            
4.8.1 Dilakukan Penjarangan 10 0 0 0      
4.8.2 Tidak Dilakukan Penjarangan 0 8 8 16 0      -    
        8 8 16 0      -         -  
4.9 Penggunaan mulsa di bedeng (10)            
4.9.1 Sesuai aunjuran 10 4 3 7      
4.9.2 Tidak sesuai anjuran 5 0 0 0 0      -    
4.9.3 Tidak menggunakan mulsa 0 4 5 9 0      -    
        4 5 9 0      -         -  
4.10 Penyulaman tanaman (10)            
4.10.1 Sesuai aunjuran 10 0 0 0 0    
4.10.2 Tidak sesuai anjuran 0 8 8 16 0      -    
          8 8 16 0      -         -  
5 PERLINDUNGAN TANAMAN (0-275)            
A Kultur Teknnis (90)            
5.1 Pergiliran tanaman (30)            
5.1.1 Dilakukan sesuai anjuran 30 4 4 8      
5.1.2 Tidak sesuai anjuran 15 3 3 6 90      15  
5.1.3 Tidak dilakukan pergiliran tanaman 0 1 1 2 0      -    
        4 4 8 90       8       25
5.2 Ketahanan Varietas (30)            
5.2.1 Tahan hama dan penyakit 30 3 3 6      
5.2.2 Kurang Tahan hama dan penyakit 15 3 3 6 90      15  
5.2.3 Tidak Tahan hama dan penyakit 0 2 2 4 0      -    
        5 5 10 90       8       25
5.3 Penyiangan (15)            
5.3.1 Dilakukan Penyiangan 15 8 8 16      
5.3.2 Tidak Dilakukan Penyiangan 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
5.4 Sanitasi (15)            
5.4.1 Dilakukan sanitasi 15 8 8 16      
5.4.2 Tidak Dilakukan sanitasi 0 0 0 0 0      -    
          0 0 0 0      -         -  
B Pengamatan (60)            
5.5 Pelaksanaan pengamatan              
5.5.1 Dilakukan pengamatan terhadap populasi / gejala serangan OPT secara teratur / rutin 60 3 3        
5.5.2 Dilakukan pengamatan terhadap populasi / gejala serangan OPT tapi pelaksanaanya tidak teratur / rutin 30 5 5 10 300      30  
5.5.3 Tidak dilakukan pengamatan 0 0 0 0 0      -    
          5 5 10 300      15       25
C Pengendalian biologis (20)            
5.6 Pelaksanaan pengendalian biologis (20)            
5.6.1 Memperhatikan pemanfaatan / konservasi musuh alami (predator, parasit, patogen) sesuai anjuran 20 0 0 0 0      -    
5.6.2 Memperhatikan pemanfaatan / konservasi musuh alami (predator, parasit, patogen) tetapi pelaksanaanya tidak sesuai anjuran 10 8 8 16 24       2  
5.6.3 Tidak memperhatikan musuh alami 0 0 0 0 0      -    
          8 8 16 24       1        4
D Pengendalian fisik mekanis (40)            
5.7 Cara pemusnahan OPT (20)            
5.7.1 Pengumpulan / pemusnahan OPT (telur, larva / nimfa, imago) sesuai anjuran 20 0 0 0 0      -    
5.7.2 Pengumpulan / pemusnahan OPT (telur, larva / nimfa, imago) tidak sesuai anjuran 0 8 8 16 0      -    
        8 8 16 0      -         -  
5.8 Eradikasi tanaman (20)            
5.8.1 Eradikasi tanaman sakit / inang sesuai anjuran 20 1 1 2 40      20  
5.8.2 Tidak sesuai anjuran 0 7 7 14 0      -    
          7 7 14 0      -         -  
E Pengendalian secara kimiawi (65)            
5.9 Penyemprotan pestisida (10)            
5.9.1 Penyemprotan berdasarkan ambang ekonomi 10 8 8 16 24 40  
5.9.2 Tidak sesuai dengan ambang ekonomi 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
5.10 Cara pemakaian pestisida (10)            
5.10.1 Sesuai anjuran 10 8 8 16 24 40  
5.10.2 Tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
5.1 Dosis pestisida (15)            
5.11.1 Sesuai dengan anjuran 15 8 8 16 24 40  
5.11.2 Tidak sesuai dengan anjuran 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
5.1 Jenis Pestisida (15)            
5.12.1 Sesuai anjuran 15 8 8 16 24 40  
5.12.2 Tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
5.1 Waktu penyemprotan (15)            
5.13.1 Sesuai anjuran 15 8 8 16 24 40  
5.13.2 Tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0 0  
          0 0 0 0      -         -  
6 PASCA PANEN (0-125)            
6.1 Waktu / saat panen (20)            
6.1.1 Saat panen sesuai anjuran 20 8 8 16 24 40  
6.1.2 Saat panen tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
6.2 Cara / Alat panen (15)            
6.2.1 dilakukan sesuai anjuran 15 8 8 16 24 40  
6.2.2 dilakukan tidak sesuai anjuran 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
6.3 Waktu pengeringan (20)            
6.3.1 Segera seetelah panen 20 8 8 16 24 40  
6.3.2 Tidak Segera setelah panen 10 0 0 0 0 0  
6.3.3 Tidak ada pengeringan 0 0 0 0 0 0  
        0 0 0 0      -         -  
6.4 Cara / tempat pengeringan (20)            
6.4.1 Sesuai anjuran 20 2 1 3 4 7  
6.4.2 Tidak sesuai anjuran 10 6 7 13 20 33  
6.4.3 Tidak ada pengeringan 0 0 0 0 0 0  
        6 7 13 20      17       83
6.5 Sortasi Hasil (20)            
6.5.1 DilakukanSesuai anjuran 20 8 8        
6.5.2 Tidak sesuai anjuran 10 0 0 0 0      -    
6.5.3 Tidak ada sortasi hasil 0 0 0 0 0      -    
        0 0 0 0      -         -  
6.6 Pengemasan (20)            
6.6.1 Sesuai anjuran 20 0 0        
6.6.2 Tidak sesuai anjuran 10 8 8 16 160      10  
6.6.3 Tidak dikemas 0 0 0 0 0      -    
        8 8 16 160       5       25
6.8 Penyimpanan ( cara dan kondisi tempat penyimpanan) (15)            
6.8.1 Sesuai anjuran 15 0 0        
6.8.2 Tidak sesuai anjuran 5 8 8 16 80       5  
6.8.3 Tidak ada penyimpanan (asal saja) 0 0 0 0 0      -    
          8 8 16 80       3       17