Jumat, 31 Januari 2014
KELAYAKAN PADI ORGANIK ANALISIS
Bicara keberlanjutan dalam pertanian organik,
tidak dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi, selain dimensi
lingkungan dan dimensi sosial. Pertanian organik tidak sebatas hanya
meniadakan penggunaan asupan eksternal sintetis, tetapi juga pemanfaatan
sumber-sumber alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat dan
menghemat energi. Aspek ekonomi dapat berkelanjutan bila produksi
pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan memberikan pendapatan yang
cukup untuk melaksanaan keberlanjutan penghidupan. Tetapi, kerapkali
motivasi ekonomi menjadi kemudi yang menyetir arah pengembangan
pertanian organik. Di satu sisi dapat mendorong pengembangan pertanian
organik di Indonesia, tetapi di sisi lainnya dapat menjadi bumerang yang
dapat meruntuhkan pondasi gerakan pertanian organik yang sedang
dibangun.
Ekonomi Lahan
Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam, melalui keragaman hayati dan pengoptimalan penggunaan asupan alami yang berada di sekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses budidayanya, dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan dengan interaksi kedua hal tersebut.
Pertanian organik yang berasal dari lahan konvensional (lahan yang intensif penggunaan asupan kimia sintetis) perlu masa peralihan. Peralihan dari pertanian yang dikelola secara konvensional ke pertanian organik seharusnya tidak hanya memperbaiki ekosistem lahan, namun juga menjamin kelangsungan hidup (secara ekonomi) lahan tersebut. Karena itu, penyesuaian, kesempatan dan resiko yang dituntut untuk peralihan itu saling berkaitan dan harus diperhatikan.
Peralihan ke pertanian organis memerlukan pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian organik.
Potensi ekonomi lahan pertanian dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi bervariasi (kondisi produksi dan pemasaran), karena lahan pertanian memiliki karakteristik berbeda yang disesuaikan dengan kondisi lahan tersebut. Maka faktor-faktornya bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut.
Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani dalam bentuk pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan pemasaran. Keuntungan merupakan selisih antara biaya (costs) dan hasil (returns). Modal tetap atau fixed costs (yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran produksi) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin; atau bisa juga biaya yang disediakan untuk menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani (termasuk bila menggunakan tenaga kerja keluarga) yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus (misalnya pada waktu panen) tergantung pada ukuran produksi. Ini disebut sebagai modal tidak tetap (variable costs), termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli asupan (misalnya benih, manur, pestisida). Sebuah lahan bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil yang didapat melampaui total modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. Untuk memperhitungkan keuntungan lahan keluarga dan kegiatan-kegiatan lahan, penghematan pengeluaran untuk makan dan pendapatan yang diperoleh dari luar lahan (misalnya sebagai buruh upahan atau dari kegiatan usaha yang lain) harus turut diperhitungkan.
Pada masa peralihan ini perlu dilihat, apakah biaya produksi dan hasil panenan akan meningkat atau menurun?. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya-biaya selama dan setelah peralihan tidak selalu sama dan bergantung pada jenis pertaniannya, apakah bertani tradisional atau intensif?, dan jenis produksinya -(tanaman apa yang utama?. Apakah juga memelihara hewan ternak?)- serta kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi.
Karena itu, penyamarataan biaya produksi tidak mungkin dilakukan. Dalam kasus-kasus yang sering dijumpai di lahan, biaya asupan awal mengalami kenaikan karena petani harus membeli manur organik untuk membangun materi organik tanah. Selain itu, diperhitungkan pula biaya untuk menggaji pekerja -mengangkut manur, membersihkan semak, dll- yang menjadi rangkaian pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan sistem pertanian organiknya. Ini dapat menaikkan biaya produksi secara keseluruhan. Sementara hasil produksinya dapat menurun sekitar 10-50 persen dari hasil pertanian konvensional, tergantung dari tanaman dan sistem pertaniannya.
Penurunan hasil panen bisa terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama jika kesuburan tanah amat rendah akibat kekurangan materi organik tanah. Hal ini dapat mengecewakan petani yang berharap mengalami peningkatan hasil dari sistem organik. Jika demikian situasinya, perlu dinilai secara individu di setiap daerah dan di setiap lahan. Untuk menghindari kekecewaan yang berlebihan, petani yang tertarik untuk beralih ke pertanian organis harus diingatkan untuk bersiap-siap menghadapi penurunan hasil pada tahun-tahun awal dan tidak perlu khawatir karena setelah tiga hingga lima tahun hasil panen akan naik dan memuaskan. Tampaknya perbaikan hasil panen dapat menjadi lebih tinggi pada daerah yang memiliki iklim lembab dengan tanah yang mengandung banyak materi organisnya.
Berdasarkan studi literatur dan bukti empirik di lapangan, setelah masa peralihan dilalui, hasil panen pertanian organis mengalami peningkatan seperti jumlah semula bahkan dapat melebihi. Jadi, pada waktu proses peralihan dari pertanian konvensional ke organis selesai, hasil panen yang didapat sangat positif karena tidak mengalami penurunan.
Selain itu, setelah masa peralihan usai, tanah lahan telah ‘pulih’ dan keanekaragaman hayati di lahan telah mengalami keseimbangan, memberikan kontribusi bagi penurunan biaya produksi seperti biaya sebelum perubahan atau mungkin lebih rendah, mengingat saat itu lahan tidak membutuhkan asupan kimia pertanian (agro kimia) yang sangat mahal harganya karena cukup memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lahan itu sendiri.
Hasil/keuntungan tidak hanya bergantung pada jumlah panen tetapi juga harga yang diberikan oleh pasar. Meskipun demikian, pada umumnya petani berharap mendapat harga premium untuk produk-produk organis mereka setelah lahan mereka organik. Tetapi, bilapun harga premium tidak terpenuhi, sebenarnya petani organik untung karena biaya produksi organik lebih rendah dibandingkan non organik. Permasalahannya adalah kapan jerih payah petani dihargai lebih dari sekedar angka-angka dalam biaya produksi?
Berikut ini disajikan perbandingan analisis usaha budidaya organik dan konvensional pada padi. Analisis dibuat untuk luasan lahan satu hektar, nilai atau harga yang digunakan berlaku untuk daerah Lubuk Cemara, Kab Serdang Bedagai , Sumatra Utara pada Musim tanam bulan Mei – Agustus
Tabel 1
1. Perbandingan Operasional Budidaya Organik dan Konvensional per hektar
Terlihat bahwa, biaya operasional budidaya padi dari penyediaan benih hingga penanaman padi organik Pola LMTO dan konvensional tidak terlalu berbeda. Perbedaan tampak pada penggunaan asupan-asupan eksternal bagi perawatan tanaman.
Pada budidaya organik Pola LMTO penggunaan pestisida organik tidak mutlak dibutuhkan, bila di butuhkan cukup dengan pemakaian 2 lt/H dengan harga Rp 40.000/lt
Dengan asumsi tidak terjadi puso dan lahan organik telah terbentuk, setiap hektar sawah akan mampu menghasilkan gabah 7.5 ton, sedangkan sawah konvensional menghasilkan gabah 4.5 ton/H .. Bila harga gabah organik Pola LMTO dan konvensional dihargai sama yaitu Rp. 2.500,- per kilo gram, maka petani organik akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 18.750.000,-. Dengan demikian, keuntungan petani organik sebesar Rp. 12.450.000,- dan petani konvensional hasil gabah sebesar Rp. 11.250.000,-, keuntungan Rp 5.485.994. Artinya, dilihat dari sudut asupan pertanian saja dengan cara membandingkan hasil pendapatan, budidaya pertanian organik dengan pola LMTO lebih menguntungkan 50% dibandingkan dengan pertanian konvensional.
Dari segi aspek bisnis Kilang Padi, budidaya pertanian organic Pola LMTO lebih menguntungkan karena rendemen gabah lebih tinggi, budidaya konvensional rendemen 50%. Pola LMTO bisa mencapai 60 – 70 %. Jadi ada selisih 10-20%.
Hal lain dari budidaya konvensional yaitu pengaruh dari para tengkulak yang telah lama berperan dalam keterpurukan petani Indonesia, karena memanfaatkan mereka sebagai lahan bisnis dengan cara yang tidak adil.
Dalam data di atas, tidak dimasukannya biaya sewa lahan karena biaya tersebut dapat dianggap sama antara lahan organik Pola LMTO dan non organik.
Ditinjau dari kelayakan usaha, secara finansial dapat dilihat dari BEP (break event point), radio B/C (benefit cost), dan ROI (return of investment) dengan asumsi menggunakan harga beras organis dan non organik saat ini.
Gabah Organik
a. BEP
Suatu usaha budidaya dikatakan berada pada titik impas atau balik modal berarti bahwa besarnya hasil sama dengan modal yang dikeluarkan. Perhitungan BEP ada dua, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga produksi.
BEP Volume produksi = Total Biaya produksi
Harga Produksi = Rp. 6.300.000
Rp. 2.500,-
= 2.250 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya, titik balik modal usaha budidaya organik Pola LMTO dapat tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 2.250 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional
Jumlah Produksi = Rp. 6.300.000,-
7.500kg
= Rp.840,-/Kg
Jumlah produksi 7.500,- kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah organik Pola LMTO yang diperoleh dijual dengan harga Rp.840,- per kilogram
Rasio B/C
Rasio B/C merupakan ukuran perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya operasional. Dengan rasio B/C akan diperoleh ukuran kelayakan usaha. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak.
Rasio B/C = Hasil Penjualan
Biaya Operasional = Rp. 18.750.000,-
Rp. 6.300.000
= 2.98
Biaya Operasional Rp. Rp. 6.300.000,-
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 18.750.000,- akan diperoleh hasil penjualan sebesar 2.98 kali lipat sehingga sangat layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal.
ROI = Keuntungan x 100%
Biaya Operasional = Rp. 12.450.000 x 100%
Rp. 6.300.000,-
= 1.98%
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 198,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini sangat amat efisien.
Gabah Konvensional
a. BEP
BEP Volume produksi = Total Biaya produksi
Harga Produksi = Rp. 5.764.006
Rp. 2.500,-
= 2.306 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya, titik balik modal usaha budidaya konvensional dapat tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 2.306 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional
Jumlah Produksi = Rp. 5.764.006,-
4.500
= Rp.1.281,-/Kg
Jumlah produksi 4.500,-kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah konvensional yang diperoleh dijual dengan harga Rp.1.281,- per kilogram.
Rasio B/C
Rasio B/C = Hasil Penjualan
Biaya Operasional = Rp. 11.250.000,-
Rp. 5.764.006
= 1.95
Biaya Operasional Rp. 5.764.006,-
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.764.006,- akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1.95 kali lipat agar layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
ROI = Keuntungan x 100%
Biaya Operasional
= Rp. 5.485.994 x 100%
Rp. 5.764.006,-
= 0.95%
Biaya Operasional Rp 5.764.006
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 95,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini masih efisien.
Dari hasil analisis finansial terlihat bahwa budidaya organik Pola LMTO lebih layak dibandingkan konvensional. ini dapat dilihat dari titik impas volume dan harga produksi gabah organik Pola LMTO jauh lebih kecil dibanding gabah konvensional. Pembiayaan budidaya organik Pola LMTO juga lebih rendah dari budidaya konvensional walaupun produksi gabah tetap sama.
Berdasarkan rasio B/C, budidaya organik Pola LMTO masih lebih besar dibandingkan konvensional, yaitu 2.98 (Hampir tiga kali) dan 1.95 (hampir dua kali). Sementara untuk perhitungan ROI menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh budidaya organik Pola LMTO sebesar hamper 2 kali lipat keuntungan budidaya padi konvensional. Dengan demikian, modal usaha akan lebih cepat kembali pada pembudidayaan padi organik Pola LMTO.
Aspek Sosial Dan Lingkungan, Efisiensi Dalam Pertanian Organik Pola LMTO
Pertanian organis merupakan strategi pertanian yang ramah lingkungan yang menyandarkan pada keragaman hayati di lahan pertanian. Memelihara alam di lahan dan sekitar lahan menciptakan tempat yang nyaman bagi mahluk hidup.
Karena budidayanya meniru dengan praktek-praktek yang terjadi di alam, pertanian organik berujung pada budidaya yang efisien. Lambat laun, karena keseimbangan ekosistem terjadi sebagai buah terjaganya keragaman hayati mengakibatkan biaya produksi kian menurun. Pertanian organik dimaksudkan menjadi semacam pertanian yang menggunakan asupan luar serendah mungkin.
Dengan memperbesar daur ulang bahan-bahan alami di lahan, menjadi cara yang efektif mengurangi biaya asupan. Misalnya sampah dapur bersama bahan-bahan organik dari lahan dapat dijadikan kompos. Bahan-bahan dari pangkasan pohon dan pagar tanaman dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, sementara dedaunan dan ranting-ranting dapat dipakai sebagai mulsa atau kompos. Yang terpenting, efisien dari daur ulang nutrisi berupa pengelolaan pupuk hijau. Petani sedapat mungkin mendaur ulang nutrisi yang berasal dari lahan sendiri dan tidak perlu membeli dari luar dengan mencari sumber-sumber pupuk yang tersedia di daerah sekitar ladang, misalnya sampah dari pengolahan hasil pertanian, menanam pangan sendiri misalnya sayur-mayur, makanan pokok, buah-buahan dan tepung-tepungan.
Cara lain untuk mengurangi biaya produksi dengan menerapkan metode tumpang sari/rotasi tanaman sehingga dapat memelihara keragaman species yang dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), menggunakan agen hayati lokal untuk membuat pestisida botani sendiri, memproduksi benih dan semaian sendiri, memelihara ternak (untuk mendapatkan manur, susu, telur, daging, dll), membuat pakan ternak di kebun sendiri, saling pinjam-meminjam peralatan dan mesin-mesin dengan tetangga sesama petani dan membeli peralatan yang dibuat secara lokal daripada membeli yang impor, menggunakan bahan-bahan konstruksi yang tersedia di daerah setempat (misalnya bengkel kompos, kandang ternak, alat-alat dll), bergabung dengan petani lain membentuk usaha simpan pinjam agar terhindar dari jeratan tengkulak dengan bunga yang mencekik leher.
Selain untuk mengendalikan OPT, metode tumpang sari dari sisi ekonomi dapat menjadi cara untuk menjaga kesinambungan produksi/pemasaran dan menghasilkan keragaman produk pertanian. Artinya, dengan menanam beragam tanaman dalam suatu luasan lahan tertentu, dimana tanaman memiliki usia tanam tertentu dan dalam jumlah tak banyak, akan menghasilkan produk pertanian yang beragam dan diperoleh sepanjang tahun –berdasarkan usia tanam- serta dapat mengontrol harga produk agar tidak jatuh karena petani tetap menjaga ketersediaan produk terus menerus tetapi tidak dalam jumlah yang besar.
Keseimbangan alam dan ekosistemnya secara keseluruhan merupakan aset berharga, yang apabila dikuantifikasikan -(tidak bermaksud mereduksi makna dan peran alam)- berkontribusi untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk produksi pertanian organik.
Untuk tenaga kerja, fakta yang terjadi di lapangan, pertanian organik menggunakan tenaga kerja lebih intensif dibanding pertanian konvensional terutama pada masa peralihan. Hal ini dikarenakan pengoptimalan penggunaan bahan-bahan alami di sekitar yang dikelola berdasarkan interaksi biologi dan ekologi, dimana prosesnya dilakukan sendiri dalam komunitas pertanian tersebut. Artinya bahan baku untuk asupan pertanian diperoleh dalam komunitas dengan cara membeli atau barter antar anggota komunitas. Ini dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan, tetapi memerlukan tenaga kerja yang intensif. Kalaupun biaya dikeluarkan untuk memperoleh asupan-asupan pertanian dan menggunakan tenaga kerja setempat, perputaran uang hanya terjadi pada komunitas tersebut dan secara tidak langsung menguatkan tatanan ekonomi dan sosial masyarakat komunitas.
Meskipun di negara-negara tropis tenaga kerja lebih murah dibandingkan harga asupan kimia, para petani dalam jangka waktu panjang tetap mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja, baik yang dilakukan sendiri ataupun pekerja upahan. Biaya tenaga kerja dapat dikurangi, dengan menerapkan metode pencegahan dalam budidayanya. Seperti metode tumpang sari dan rotasi tanaman dapat membantu dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengurangan pengolahan tanah dengan menggunakan penggunaan jerami dari hasil panen, pemberian manur untuk menumbuhkan dan memperkaya kandungan materi organik tanah. Dengan memelihara alam, akhirnya alamlah yang akan memelihara budidaya kita dan memelihara kita.
Praktek pertanian organik yang dilakukan komunitas memberikan kontribusi bagi pengembangan pembangunan pedesaan. Pertanian organik dan pertanian terpadu mewakilkan kesempatan pada semua tingkatan, mendorong ekonomi pedesaan melalui pembangunan berkelanjutan. Malah kesempatan kerja baru di pertanian menjadi bukti dari pertumbuhan sektor organik.
Ekonomi Lahan
Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam, melalui keragaman hayati dan pengoptimalan penggunaan asupan alami yang berada di sekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses budidayanya, dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan dengan interaksi kedua hal tersebut.
Pertanian organik yang berasal dari lahan konvensional (lahan yang intensif penggunaan asupan kimia sintetis) perlu masa peralihan. Peralihan dari pertanian yang dikelola secara konvensional ke pertanian organik seharusnya tidak hanya memperbaiki ekosistem lahan, namun juga menjamin kelangsungan hidup (secara ekonomi) lahan tersebut. Karena itu, penyesuaian, kesempatan dan resiko yang dituntut untuk peralihan itu saling berkaitan dan harus diperhatikan.
Peralihan ke pertanian organis memerlukan pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian organik.
Potensi ekonomi lahan pertanian dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi bervariasi (kondisi produksi dan pemasaran), karena lahan pertanian memiliki karakteristik berbeda yang disesuaikan dengan kondisi lahan tersebut. Maka faktor-faktornya bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut.
Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani dalam bentuk pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan pemasaran. Keuntungan merupakan selisih antara biaya (costs) dan hasil (returns). Modal tetap atau fixed costs (yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran produksi) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin; atau bisa juga biaya yang disediakan untuk menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani (termasuk bila menggunakan tenaga kerja keluarga) yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus (misalnya pada waktu panen) tergantung pada ukuran produksi. Ini disebut sebagai modal tidak tetap (variable costs), termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli asupan (misalnya benih, manur, pestisida). Sebuah lahan bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil yang didapat melampaui total modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. Untuk memperhitungkan keuntungan lahan keluarga dan kegiatan-kegiatan lahan, penghematan pengeluaran untuk makan dan pendapatan yang diperoleh dari luar lahan (misalnya sebagai buruh upahan atau dari kegiatan usaha yang lain) harus turut diperhitungkan.
Pada masa peralihan ini perlu dilihat, apakah biaya produksi dan hasil panenan akan meningkat atau menurun?. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya-biaya selama dan setelah peralihan tidak selalu sama dan bergantung pada jenis pertaniannya, apakah bertani tradisional atau intensif?, dan jenis produksinya -(tanaman apa yang utama?. Apakah juga memelihara hewan ternak?)- serta kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi.
Karena itu, penyamarataan biaya produksi tidak mungkin dilakukan. Dalam kasus-kasus yang sering dijumpai di lahan, biaya asupan awal mengalami kenaikan karena petani harus membeli manur organik untuk membangun materi organik tanah. Selain itu, diperhitungkan pula biaya untuk menggaji pekerja -mengangkut manur, membersihkan semak, dll- yang menjadi rangkaian pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan sistem pertanian organiknya. Ini dapat menaikkan biaya produksi secara keseluruhan. Sementara hasil produksinya dapat menurun sekitar 10-50 persen dari hasil pertanian konvensional, tergantung dari tanaman dan sistem pertaniannya.
Penurunan hasil panen bisa terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama jika kesuburan tanah amat rendah akibat kekurangan materi organik tanah. Hal ini dapat mengecewakan petani yang berharap mengalami peningkatan hasil dari sistem organik. Jika demikian situasinya, perlu dinilai secara individu di setiap daerah dan di setiap lahan. Untuk menghindari kekecewaan yang berlebihan, petani yang tertarik untuk beralih ke pertanian organis harus diingatkan untuk bersiap-siap menghadapi penurunan hasil pada tahun-tahun awal dan tidak perlu khawatir karena setelah tiga hingga lima tahun hasil panen akan naik dan memuaskan. Tampaknya perbaikan hasil panen dapat menjadi lebih tinggi pada daerah yang memiliki iklim lembab dengan tanah yang mengandung banyak materi organisnya.
Berdasarkan studi literatur dan bukti empirik di lapangan, setelah masa peralihan dilalui, hasil panen pertanian organis mengalami peningkatan seperti jumlah semula bahkan dapat melebihi. Jadi, pada waktu proses peralihan dari pertanian konvensional ke organis selesai, hasil panen yang didapat sangat positif karena tidak mengalami penurunan.
Selain itu, setelah masa peralihan usai, tanah lahan telah ‘pulih’ dan keanekaragaman hayati di lahan telah mengalami keseimbangan, memberikan kontribusi bagi penurunan biaya produksi seperti biaya sebelum perubahan atau mungkin lebih rendah, mengingat saat itu lahan tidak membutuhkan asupan kimia pertanian (agro kimia) yang sangat mahal harganya karena cukup memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lahan itu sendiri.
Hasil/keuntungan tidak hanya bergantung pada jumlah panen tetapi juga harga yang diberikan oleh pasar. Meskipun demikian, pada umumnya petani berharap mendapat harga premium untuk produk-produk organis mereka setelah lahan mereka organik. Tetapi, bilapun harga premium tidak terpenuhi, sebenarnya petani organik untung karena biaya produksi organik lebih rendah dibandingkan non organik. Permasalahannya adalah kapan jerih payah petani dihargai lebih dari sekedar angka-angka dalam biaya produksi?
Berikut ini disajikan perbandingan analisis usaha budidaya organik dan konvensional pada padi. Analisis dibuat untuk luasan lahan satu hektar, nilai atau harga yang digunakan berlaku untuk daerah Lubuk Cemara, Kab Serdang Bedagai , Sumatra Utara pada Musim tanam bulan Mei – Agustus
Tabel 1
1. Perbandingan Operasional Budidaya Organik dan Konvensional per hektar
Terlihat bahwa, biaya operasional budidaya padi dari penyediaan benih hingga penanaman padi organik Pola LMTO dan konvensional tidak terlalu berbeda. Perbedaan tampak pada penggunaan asupan-asupan eksternal bagi perawatan tanaman.
Pada budidaya organik Pola LMTO penggunaan pestisida organik tidak mutlak dibutuhkan, bila di butuhkan cukup dengan pemakaian 2 lt/H dengan harga Rp 40.000/lt
Dengan asumsi tidak terjadi puso dan lahan organik telah terbentuk, setiap hektar sawah akan mampu menghasilkan gabah 7.5 ton, sedangkan sawah konvensional menghasilkan gabah 4.5 ton/H .. Bila harga gabah organik Pola LMTO dan konvensional dihargai sama yaitu Rp. 2.500,- per kilo gram, maka petani organik akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 18.750.000,-. Dengan demikian, keuntungan petani organik sebesar Rp. 12.450.000,- dan petani konvensional hasil gabah sebesar Rp. 11.250.000,-, keuntungan Rp 5.485.994. Artinya, dilihat dari sudut asupan pertanian saja dengan cara membandingkan hasil pendapatan, budidaya pertanian organik dengan pola LMTO lebih menguntungkan 50% dibandingkan dengan pertanian konvensional.
Dari segi aspek bisnis Kilang Padi, budidaya pertanian organic Pola LMTO lebih menguntungkan karena rendemen gabah lebih tinggi, budidaya konvensional rendemen 50%. Pola LMTO bisa mencapai 60 – 70 %. Jadi ada selisih 10-20%.
Hal lain dari budidaya konvensional yaitu pengaruh dari para tengkulak yang telah lama berperan dalam keterpurukan petani Indonesia, karena memanfaatkan mereka sebagai lahan bisnis dengan cara yang tidak adil.
Dalam data di atas, tidak dimasukannya biaya sewa lahan karena biaya tersebut dapat dianggap sama antara lahan organik Pola LMTO dan non organik.
Ditinjau dari kelayakan usaha, secara finansial dapat dilihat dari BEP (break event point), radio B/C (benefit cost), dan ROI (return of investment) dengan asumsi menggunakan harga beras organis dan non organik saat ini.
Gabah Organik
a. BEP
Suatu usaha budidaya dikatakan berada pada titik impas atau balik modal berarti bahwa besarnya hasil sama dengan modal yang dikeluarkan. Perhitungan BEP ada dua, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga produksi.
BEP Volume produksi = Total Biaya produksi
Harga Produksi = Rp. 6.300.000
Rp. 2.500,-
= 2.250 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya, titik balik modal usaha budidaya organik Pola LMTO dapat tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 2.250 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional
Jumlah Produksi = Rp. 6.300.000,-
7.500kg
= Rp.840,-/Kg
Jumlah produksi 7.500,- kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah organik Pola LMTO yang diperoleh dijual dengan harga Rp.840,- per kilogram
Rasio B/C
Rasio B/C merupakan ukuran perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya operasional. Dengan rasio B/C akan diperoleh ukuran kelayakan usaha. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak.
Rasio B/C = Hasil Penjualan
Biaya Operasional = Rp. 18.750.000,-
Rp. 6.300.000
= 2.98
Biaya Operasional Rp. Rp. 6.300.000,-
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 18.750.000,- akan diperoleh hasil penjualan sebesar 2.98 kali lipat sehingga sangat layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
Analisis ROI merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan biaya operasional. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal.
ROI = Keuntungan x 100%
Biaya Operasional = Rp. 12.450.000 x 100%
Rp. 6.300.000,-
= 1.98%
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 198,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini sangat amat efisien.
Gabah Konvensional
a. BEP
BEP Volume produksi = Total Biaya produksi
Harga Produksi = Rp. 5.764.006
Rp. 2.500,-
= 2.306 Kg
Harga produksi Rp. 2.500,-
Artinya, titik balik modal usaha budidaya konvensional dapat tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 2.306 kilogram untuk sekali panen.
BEP harga produksi = Biaya operasional
Jumlah Produksi = Rp. 5.764.006,-
4.500
= Rp.1.281,-/Kg
Jumlah produksi 4.500,-kg
Artinya, titik balik modal tercapai bila harga gabah konvensional yang diperoleh dijual dengan harga Rp.1.281,- per kilogram.
Rasio B/C
Rasio B/C = Hasil Penjualan
Biaya Operasional = Rp. 11.250.000,-
Rp. 5.764.006
= 1.95
Biaya Operasional Rp. 5.764.006,-
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.764.006,- akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1.95 kali lipat agar layak untuk diusahakan.
ROI (return of investment)
ROI = Keuntungan x 100%
Biaya Operasional
= Rp. 5.485.994 x 100%
Rp. 5.764.006,-
= 0.95%
Biaya Operasional Rp 5.764.006
Artinya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100,- akan dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 95,-, sehingga penggunaan modal untuk usaha ini masih efisien.
Dari hasil analisis finansial terlihat bahwa budidaya organik Pola LMTO lebih layak dibandingkan konvensional. ini dapat dilihat dari titik impas volume dan harga produksi gabah organik Pola LMTO jauh lebih kecil dibanding gabah konvensional. Pembiayaan budidaya organik Pola LMTO juga lebih rendah dari budidaya konvensional walaupun produksi gabah tetap sama.
Berdasarkan rasio B/C, budidaya organik Pola LMTO masih lebih besar dibandingkan konvensional, yaitu 2.98 (Hampir tiga kali) dan 1.95 (hampir dua kali). Sementara untuk perhitungan ROI menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh budidaya organik Pola LMTO sebesar hamper 2 kali lipat keuntungan budidaya padi konvensional. Dengan demikian, modal usaha akan lebih cepat kembali pada pembudidayaan padi organik Pola LMTO.
Aspek Sosial Dan Lingkungan, Efisiensi Dalam Pertanian Organik Pola LMTO
Pertanian organis merupakan strategi pertanian yang ramah lingkungan yang menyandarkan pada keragaman hayati di lahan pertanian. Memelihara alam di lahan dan sekitar lahan menciptakan tempat yang nyaman bagi mahluk hidup.
Karena budidayanya meniru dengan praktek-praktek yang terjadi di alam, pertanian organik berujung pada budidaya yang efisien. Lambat laun, karena keseimbangan ekosistem terjadi sebagai buah terjaganya keragaman hayati mengakibatkan biaya produksi kian menurun. Pertanian organik dimaksudkan menjadi semacam pertanian yang menggunakan asupan luar serendah mungkin.
Dengan memperbesar daur ulang bahan-bahan alami di lahan, menjadi cara yang efektif mengurangi biaya asupan. Misalnya sampah dapur bersama bahan-bahan organik dari lahan dapat dijadikan kompos. Bahan-bahan dari pangkasan pohon dan pagar tanaman dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar, sementara dedaunan dan ranting-ranting dapat dipakai sebagai mulsa atau kompos. Yang terpenting, efisien dari daur ulang nutrisi berupa pengelolaan pupuk hijau. Petani sedapat mungkin mendaur ulang nutrisi yang berasal dari lahan sendiri dan tidak perlu membeli dari luar dengan mencari sumber-sumber pupuk yang tersedia di daerah sekitar ladang, misalnya sampah dari pengolahan hasil pertanian, menanam pangan sendiri misalnya sayur-mayur, makanan pokok, buah-buahan dan tepung-tepungan.
Cara lain untuk mengurangi biaya produksi dengan menerapkan metode tumpang sari/rotasi tanaman sehingga dapat memelihara keragaman species yang dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT), menggunakan agen hayati lokal untuk membuat pestisida botani sendiri, memproduksi benih dan semaian sendiri, memelihara ternak (untuk mendapatkan manur, susu, telur, daging, dll), membuat pakan ternak di kebun sendiri, saling pinjam-meminjam peralatan dan mesin-mesin dengan tetangga sesama petani dan membeli peralatan yang dibuat secara lokal daripada membeli yang impor, menggunakan bahan-bahan konstruksi yang tersedia di daerah setempat (misalnya bengkel kompos, kandang ternak, alat-alat dll), bergabung dengan petani lain membentuk usaha simpan pinjam agar terhindar dari jeratan tengkulak dengan bunga yang mencekik leher.
Selain untuk mengendalikan OPT, metode tumpang sari dari sisi ekonomi dapat menjadi cara untuk menjaga kesinambungan produksi/pemasaran dan menghasilkan keragaman produk pertanian. Artinya, dengan menanam beragam tanaman dalam suatu luasan lahan tertentu, dimana tanaman memiliki usia tanam tertentu dan dalam jumlah tak banyak, akan menghasilkan produk pertanian yang beragam dan diperoleh sepanjang tahun –berdasarkan usia tanam- serta dapat mengontrol harga produk agar tidak jatuh karena petani tetap menjaga ketersediaan produk terus menerus tetapi tidak dalam jumlah yang besar.
Keseimbangan alam dan ekosistemnya secara keseluruhan merupakan aset berharga, yang apabila dikuantifikasikan -(tidak bermaksud mereduksi makna dan peran alam)- berkontribusi untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk produksi pertanian organik.
Untuk tenaga kerja, fakta yang terjadi di lapangan, pertanian organik menggunakan tenaga kerja lebih intensif dibanding pertanian konvensional terutama pada masa peralihan. Hal ini dikarenakan pengoptimalan penggunaan bahan-bahan alami di sekitar yang dikelola berdasarkan interaksi biologi dan ekologi, dimana prosesnya dilakukan sendiri dalam komunitas pertanian tersebut. Artinya bahan baku untuk asupan pertanian diperoleh dalam komunitas dengan cara membeli atau barter antar anggota komunitas. Ini dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan, tetapi memerlukan tenaga kerja yang intensif. Kalaupun biaya dikeluarkan untuk memperoleh asupan-asupan pertanian dan menggunakan tenaga kerja setempat, perputaran uang hanya terjadi pada komunitas tersebut dan secara tidak langsung menguatkan tatanan ekonomi dan sosial masyarakat komunitas.
Meskipun di negara-negara tropis tenaga kerja lebih murah dibandingkan harga asupan kimia, para petani dalam jangka waktu panjang tetap mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja, baik yang dilakukan sendiri ataupun pekerja upahan. Biaya tenaga kerja dapat dikurangi, dengan menerapkan metode pencegahan dalam budidayanya. Seperti metode tumpang sari dan rotasi tanaman dapat membantu dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengurangan pengolahan tanah dengan menggunakan penggunaan jerami dari hasil panen, pemberian manur untuk menumbuhkan dan memperkaya kandungan materi organik tanah. Dengan memelihara alam, akhirnya alamlah yang akan memelihara budidaya kita dan memelihara kita.
Praktek pertanian organik yang dilakukan komunitas memberikan kontribusi bagi pengembangan pembangunan pedesaan. Pertanian organik dan pertanian terpadu mewakilkan kesempatan pada semua tingkatan, mendorong ekonomi pedesaan melalui pembangunan berkelanjutan. Malah kesempatan kerja baru di pertanian menjadi bukti dari pertumbuhan sektor organik.
JENIS JENIS BIAYA
JENIS-JENIS BIAYA
Proses dalam pembuatan produk tentunya membutuhkan beberapa biaya (cost) yang wajib dikeluarkan sebuah perusahaan. Selanjutnya akan dijabarkan beberapa biaya-biaya produksi tersebut.
-
First or Investment Cost
Biaya awal (first cost)
adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal sebelum kegiatan
produksi diselenggarakan. Biaya ini biasanya akan dipergunakan untuk
pembelian mesin (fasilitas produksi), instalasi, gedung dan sebagainya.
Biaya awal ini cenderung besar dan memiliki nilai strategis yang
mencakup dimensi waktu jangka panjang (long term). Untuk memperoleh kembali modal yang ditanamkan (investasi), maka hal tersebut bisa dilakukan lewat biaya penyusutan (depreciation cost)
yang besarnya akan tergantung pada metode perhitungan depresiasi yang
diterapkan. Biaya asal dikeluarkan hanya sekali saja untuk setiap asset
yang ditanamkan. Selanjutnya biaya-biaya yang hahrus dikeluarkan secara
rutin/ periodik akan diklasifikasikan dalam bentuk biaya operasional dan
perawatan (operating and maintenance costs).
-
Operation and Maintenance Cost
Operation and maintenance cost
(operasi dan perawatan sistem) adalah biaya untuk mengoperasikan sistem
agar sistem dapat beroperasi dengan baik dan juga merupakan biaya untuk
merawat sistem dalam masa pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya
operasi dan perawatan sistem adalah biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff pengawas data), biaya overhead (telepon, listrik, asuransi, keamanan, supplies), biaya perawatan hardware (reparasi, service), biaya perawatan software
(modifikasi program, penambahan modul program), biaya perawatan
peralatan dan fasilitas, biaya manajerial dalam operasional sistem,
biaya kontrak untuk konsultan selama operasional sistem, biaya
depresiasi. Biaya operasional dan perawatan biasanya terjadi secara
rutin selama usia operasional sistem.
-
Fixed and Variabel Cost
Biaya tetap
adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap dalam
proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah
walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun).
Keseluruhan biaya tetap disebut biaya total (total fixed cost,TFC). Contoh dari biaya tetap yaitu membeli mesin produksi dan mendirikan bangunan pabrik. Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (total variable cost, TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variable yang akan dikeluarkan.
Contoh dari biaya variabel yaitu penyediaan bahan baku untuk produksi.
Contoh dari biaya variabel yaitu penyediaan bahan baku untuk produksi.
-
Incremental or Marginal Cost
Biaya marginal adalah perubahan biaya total akibat penambahan satu unit output (Q). Biaya marginal timbul akibat pertambahan satu unit output sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut.
Oleh
karena tambahan produksi satu unit output tidak akan menambah atau
mengurangi biaya produksi tetap (TFC), maka tambahan biaya marginal ini
akan menambah biaya variable total (TVC).
-
Direct and Indirect Cost
Biaya Langsung (direct cost) merupakan
biaya yang dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya
tertentu. Konsep biaya langsung tidak hanya mencakup biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja saja. Jika sebuah perusahaan membebankan biaya ke
berbagai kantor di berbagai wilayah penjualan, maka gaji manajer di
kantor penjualan pada suatu wilayah merupakan biaya langsung bagi
wilayah penjualan tersebut.
Biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya yang tidak dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya tertentu. Contoh: dikaitkan dengan produk, gaji manajer pabrik merupakan biaya tdk langsung, karena biaya ini sama sekali tidak disebabkan oleh proses pembuatan produk.
Biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya yang tidak dapat dengan mudah dan meyakinkan ditelusuri ke objek biaya tertentu. Contoh: dikaitkan dengan produk, gaji manajer pabrik merupakan biaya tdk langsung, karena biaya ini sama sekali tidak disebabkan oleh proses pembuatan produk.
-
Total and Unit Cost
Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada produksi jangka pendek. Biaya total diperoleh dari :
TFC = Biaya tetap
TVC = Biaya variable
Secara sederhana unit cost dapat diartikan sebagi biaya per unit produk atau biaya per pelayanan. Sedangkan menurut Hansen&Mowen (2005) unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian antara total cost yang dibutuhkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. Produk yang dimaksud dapat berupa barang ataupun jasa.
-
Recurring and Nonrecurring Cost
Recurring cost (biaya berulang) adalah biaya-biaya operasi dan pemeliharaan yang terus terjadi selama masa hidup system. Contoh dari recurring cost ialah pembelian suku cadang dari mesin produksi. Sedangkan nonrecurring cost (biaya tidak berulang) merupakan kembalikannya, ialah biaya-biaya operasional yang hanya terjadi sekali. Contoh dari nonrecurring cost ialah biaya pembuatan pabrik.
-
Sunk or Past Cost
capter II USU pengertian biaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Klasifikasi Biaya Operasional
1. Pengertian Biaya Operasional
Dalam menjalankan aktifitasnya, suatu perusahaan akan mengeluarkan
berbagai jenis biaya diantaranya adalah biaya bahan, upah langsung dan biaya
overhead dimana ketiga biaya ini disebut biaya produksi. Biaya lainnya untuk
kelancaran penjualan atau pemasaran dan administrasi biaya operasional.
Biaya dapat diartikan sebagai biaya perolehan, harga pokok atau juga
dapat diartikan sebagai semua pengorbanan mulai dari bahan baku kemudian
barang dalam proses sampai barang tersebut bisa dijual. Pengertian biaya ini akan
kabur bila dibandingkan dengan ongkos (expense), dimana kedua pengertian ini
sering digunakan secara rancu.
Biaya operasional menurut Nafarin (2000:76) “Biaya operasional
adalah biaya usaha pokok perusahaan selain harga pokok penjualan. Biaya usaha
terdiri dari biaya penjualan, biaya administrasi dan umum”.
Menurut Erlina (2002:1) pengertian biaya adalah sebagai berikut: Biaya
adalah keseluruhan pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh
atau menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengertian ongkos (expense)
merupakan keseluruhan pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk
Universitas Sumatera Utara
merealisasi hasil, diluar menghasilkan barang dan jasa atau proses produksi.
Beban ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan.
Jadi sebagai kesimpulan penulis mengambil pengertian yang
menyebutkan bahwa menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:45) “Ongkos
(expense) adalah jumlah aktiva yang terpakai atau jasa yang digunakan dalam
proses menghasilkan pendapatan sedangkan biaya adalah pengeluaran kas
(komitmen membayar kas dimana depan) dengan tujuan menghasilkan
pendapatan”. Jumlah yang terpakai itu maksudnya adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh penghasilan selain dari biaya untuk memperoleh
barang dan jasa (produksi), misalnya: biaya penjualan, biaya gaji dan penyusutan.
Penggolongan biaya dapat dibedakan atas berdasarkan item, tingkah
laku, hubungannya dengan produksi, periode akuntansi, biaya untuk perencanaan
dan pengawasan, dan pengambilan keputusan.
1. Berdasarkan item, biaya ini dibedakan atas dua, yaitu:
a. Manufacturing Cost (Biaya Pabrikasi)
b. Commercial Expenses (Biaya Operasional)
2. Berdasarkan tingkah lakunya, biaya ini dibedakan atas dua yaitu:
a. Variabel Cost (Biaya Variabel)
b. Fixed Cost (Biaya Tetap)
3. Berdasarkan hubungannya dengan produksi, biaya ini dibedakan atas:
a. Direct Material Cost
b. Direct Labour Cost
Universitas Sumatera Utara
c. Overhead
4. Berdasarkan periode akuntansi, biaya ini dibedakan atas dua, yaitu
a. Capital Expenditure
b. Revenue Expenditure
5. Berdasarkan biaya untuk perencanaan dan pengawasan, yang dibedakan atas:
a. Standart Cost
b. Historical Cost
6. Berdasarkan pengambilan keputusan, terbagi atas:
a. Marginal Cost
b. Opportunity Cost
c. Relevant Cost
Dalam hal ini yang dibatasi hanyalah klasifikasi biaya berdasarkan
itemnya supaya ruang lingkupnya dapat dibatasi. Berdasarkan itemnya biaya
terbagi atas Manufacturing cost dan Commercial expense. Manufacturing cost
(Biaya Pabrikasi) adalah keseluruhan biaya yang bertujuan untuk merubah bahan
baku menjadi barang jadi. Biaya disini terbagi atas 3 jenis yaitu:
a. Direct Material Cost
b. Direct Labour Cost
c. Overhead
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dimaksud dengan Commercial expense (biaya
operasional) adalah keseluruhan biaya sehubungan dengan operasional diluar
kegiatan proses produksi termasuk didalamnya adalah:
a. Biaya penjualan
b. Biaya administrasi dan umum
2. Klasifikasi Biaya Operasional
Telah diuraikan sebelumnya bahwa biaya operasional digolongkan
dalam dua golongan besar, yaitu biaya penjualan dan biaya umum. Adapun jenisjenis
dari masing-masing biaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Biaya Penjualan
Termasuk dalam kelompok biaya penjualan adalah:
a. Gaji karyawan penjualan
b. Biaya pemeliharaan bagian penjualan
c. Biaya perbaikan biaya penjualan
d. Biaya penyusutan peralatan bagian penjualan
e. Biaya penyusutan gedung bagian penjualan
f. Biaya listrik bagian penjualan
g. Biaya telepon bagian penjualan
h. Biaya asuransi bagian penjualan
i. Biaya perlengkapan bagian penjualan
j. Biaya iklan
Universitas Sumatera Utara
k. Biaya lain-lain
2. Biaya administrasi dan umum
Termasuk dalam kelompok biaya administrasi dan umum adalah:
a. Gaji karyawan kantor
b. Biaya pemeliharaan kantor
c. Biaya perbaikan kantor
d. Biaya penyusutan peralatan kantor
e. Biaya penyusutan gedung kantor
f. Biaya listrik kantor
g. Biaya telepon kantor
h. Biaya asuransi kantor
i. Biaya perlengkapan kantor
j. Biaya lain-lain
Supriono mengelompokkan biaya operasional ke dalam biaya
pemasaran dan biaya administrasi: (1) Biaya pemasaran adalah meliputi semua
biaya dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemasaran (2) Biaya
administrasi dan umum adalah semua biaya yang terjadi dan berhubungan
dengan fungsi administrasi dan umum.
Biaya pemasaran ini meliputi semua biaya yang terjadi untuk mencari
atau menimbulkan pesanan dari pembeli kepada perusahaan, terdiri atas:
Biaya promosi iklan
Universitas Sumatera Utara
Biaya penjualan meliputi: gaji penjual, komisi, bonus, biaya perjalanan
dinas, gaji kantor penjualan, perlengkapan kantor penjualan, biaya telepon
penjualan, dan lain-lain.
Biaya untuk memenuhi atau melayani pesanan yaitu semua biaya yang
terjadi dalam rangka memenuhi pesanan atau melayani pesanan yang
diterima dari pembeli.
Gaji dan upah, meliputi: gaji, insentif dan bonus, premi, lembur pajak
pendapatan, upah borongan dan lain-lain
Kesejahteraan karyawan meliputi: perobatan karyawan, rekreasi olahraga,
dan lain-lain
Biaya reperasi dan pemeliharaan meliputi dan pemeliharaan untuk
kendaraan bermotor, taman dan halaman kantor, bangunan kantor, dan
lain-lain.
Biaya penyusutan aktiva tetap meliputi biaya penyusutan untuk kendaraan
kantor, bangunan kantor dan lain-lain.
Biaya administrasi dan umum lainnya seperti: biaya cetak, alat tulis,
perlengkapan kantor, biaya listrik dan air, biaya telepon dan fax kantor dan
lain-lain.
B. Pengertian Perencanaan dan Pengawasan Biaya Operasional
1. Pengertian Perencanaan
Setiap perusahaan yang ingin bertahan, tumbuh ataupun menginginkan
bekerjanya perusahaan secara lancar memerlukan adanya perencanaan.
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan merupkan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka dalam
pengertian mampu menyesuaikan diri terhadap ancaman-ancaman dan
kesempatan-kesempatan yang ada. Fungsi manajemen yang pokok adalah
perencanaan, pengorganisasian dan fungsi pengawasan.
Perencanaan pada dasarnya adalah memilih alternatif-alternatif yang
mungkin dilaksanakan dengan mempertimbangkan tujuan perusahaan serta
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan dan kendala-kendala yang
dihadapi, menentukan program dan memberikan gambaran kepada pihak
manajemen mengenai teknik-teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Untuk mencapainya manajemen harus mengetahui data yang relevan
terutama yang menyangkut penghasilan dan biaya dimasa yang akan datang.
Perencanaan merupakan fungsi yang menempati urutan pertama dan
sebagai landasan bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Menurut Carter dan Usry (2004:87) ”Perencanaan adalah proses untuk
menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai perusahaan dan
mengatur srategi yang akan dilaksanakan dengan menggunakan sumber
daya yang ada, perencanaan ini dapat disusun untuk jangka pendek dan
jangka panjang dan akan dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan
kegiatan perusahaan”.
Sedangkan pengertian perencanaan menurut Nafarin (2000:3) adalah:
”Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi
mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam
mencapai tujuan yang diinginkan”.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan
merupakan suatu proses penentuan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dimasa
yang akan datang untuk menghadapi berbagai ketidakpastian dan alternatif yang
mungkin terjadi. Perencanaan dianggap sebagai suatu kumpulan keputusankeputusan
dan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan keadaan dimasa yang
akan datang. Oleh karena itu, perencanaan harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan pilihan-pilihan terbaik yang dilaksanakan untuk menghindari
kegagalan.
Ada dua jenis perencanaan yaitu:
a. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek dibagi dalam dua kategori yaitu berdasarkan
frekuensi dan jenis keputusan. Beberapa keputusan mempunyai kaitan dengan
kegiatan-kegiatan sekarang dan dapat dibuat harian atau mingguan.
Keputusan-keputusan seperti ini ditandai oleh keteraturan dari frekuensinya
dan disebut keputusan-keputusan operasi jangka pendek.
Kategori kedua berkaitan dengan keputusan-keputusan non rutin jangka
pendek, keputusan-keputusan ini membutuhkan lebih banyak analisis jika
dibandingkan keputusan-keputusan operasi jangka pendek.
b. Perencanaan Jangka Panjang
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan jangka panjang melibatkan pengambilan keputusan yang
pengaruhnya menjangkau beberapa tahun kedepan. Biasanya tiga sampai lima
tahun bahkan bisa pula lebih lama. Keseluruhan perencanaan jangka panjang
kadangkala disebut perencanaan strategi.
2. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya
agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan
rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan dan prinsip yang dianut. Juga
dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari
kejadiannya di kemudian hari.
Menurut Harahap (2001:10) ”Pengawasan adalah segala usaha dan
kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan menilai apakah pelaksanaan tugas
sesuai dengan yang sebenarnya”.
Pengawasan menurut Carter dan Usry (2004:12) ”usaha sistematis
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja
dengan rencana membuat tindakan yang tepat untuk mengkoreksi perbedaanperbedaan
yang penting”.
Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa pengawasan dapat
dianggap sebagai aktivitas untuk menentukan, mengkoreksi penyimpangan-
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang
direncanakan. Apabila dalam pelaksanaan ditemukan penyimpangan maka
diadakan tindakan perbaikan agar rencana sejalan dengan pelaksanaan.
Pengawasan perlu dilakukan agar tercapainya kegiatan yang efektif dan
efisien. Untuk mendukung pengawasan yang baik maka perlu mengetahui suatu
pengukur dari kegiatan yang efektif dan efisien tersebut.
Menurut Hansen dan Mowen (2002:483) ”Ukuran efisien merupakan
ukuran keuangan yang mencakup laporan biaya aktifitas, anggaran, fleksibel,
laporan realisasi. Ukuran keuangan ini dirancang untuk menilai seberapa baik
penggunaan sumber daya. Sedangkan ukuran efektif yang merupakan ukuran non
keuangan mencakup kinerja aktivitas yang dilakukan, pekerja yang terlibat dan
ukuran ini harus mendukung tujuan umum yaitu perbaikan berkelanjutan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengawasan terdiri dari
suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah yang bersifat umum, yaitu:
a. Menetapkan alat pengukur (standart)
b. Mengadakan penilaian (evaluasi)
c. Mengadakan tindakan perbaikan (koreksi)
3. Tujuan serta manfaat perencanaan dan pengawasan
Tujuan utama perencanaan adalah untuk menentukan program-program
dan penemuan-penemuan sekarang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kemungkinan pencapaian tujuan diwaktu yang akan datang. Manfaat dari
perencanaan menurut Hasibuan (2001: 10) antara lain adalah:
a. Perencanaan menimbulkan aktivitas yang teratur
b. Perencanaan membantu kita memvisualisasikan kemungkinan pada masa
yang akan datang
Universitas Sumatera Utara
c. Perencanaan memberikan dasar untuk pengawasan
d. Perencanaan meransang prestasi kerja
e. Perencanaan membantu seorang manajer mencapai status
Sedangkan tujuan utama pengawasan adalah mengusahakan agar apa
yang direncanakan sesuai dengan interuksi-interuksi yang ditetapkan. Tahap
berikutnya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan perencanaan. Berdasarkan penemuan-penemuan
tersebut dapat diambil tindakan-tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu
itu maupun pada waktu yang akan datang.
Adapun manfaat dari pengawasan menurut Hasibuan (2001:14) bagi
perusahaan adalah:
a. Mempersatukan pengertian-pengertian tentang kebijaksanaan dan
prosedur-prosedur.
b. Menemukan penilaian apakah perencanaan telah dilaksanakan secara
efektif
c. Menentukan dan mengukur penyimpangan yang terjadi
d. Mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan dari standard.
e. Menyegerakan tindakan koreksi yang perlu untuk pencapaian tujuan.
C. Perencanaan dan Penyusunan Biaya Operasional
1. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan penjabaran dari fungsi perencanaan. Anggaran
adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang
telah disahkan. Anggaran memberikan proyeksi yang dapat dipercaya mengenai
Universitas Sumatera Utara
hasil-hasil dari rencana sebelum rencana dilaksanakan karena pada waktu
mempersiapkan anggaran kita dipaksa untuk memperhatikan dan menyelidiki
semua faktor-faktor yang mempengaruhi rencana dan memaksa membuat analisis
yang teliti berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada.
Menurut Munandar (2001:11) dalam penyusunan anggaran perlu
dipertimbangkan faktor-faktor berikut:
a. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan
b. Data tahun-tahun sebelumnya
c. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi
d. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
e. Kemungkinan adalanya perubahan kebijakan pemerintah
f. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.
Anggaran adalah salah satu bentuk dari berbagai rencana yang
mungkin disusun meskipun tidak setiap rencana dapat disebut sebagai anggaran.
Untuk mendapatkan pengertian dari anggaran maka berikut dikemukakan
beberapa pendapat dari para ahli diantaranya Sukanto (2000:144) ”Anggaran
merupakan rencana yang terorganisasi dan menyeluruh dinyatakan dalam unit
moneter untuk operasi dan sumber daya suatu perusahaan selama periode tertentu
dimasa yang akan datang”.
Sedangkan pengertian anggaran menurut Munandar (2001:1) sebagai
berikut: ”Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) yang akan datang”.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya anggaran merupakan gambaran dimasa yang akan
datang, jadi anggaran tersebut setiap saat harus dihadapkan dengan kenyataan
yang ada pada waktu pelaksanaan. Oleh karena itu, anggaran harus bersifat
fleksibel agar dapat dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian akibat
timbulnya situasi dan kondisi yang berbeda yang telah dibayangkan sebelumnya.
2. Jenis-jenis Anggaran
Anggaran terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan pengelompokkannya.
Menurut Nafarin (2000:17) mengatakan anggaran dapat dikelompokkan dari
beberapa sudut pandang sebagai berikut:
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran variabel yaitu disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas
(aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan sutau seri anggaran yang
dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda.
b. Anggaran tetap yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
kapasitas tertentu.
2. Menurut cara penyusunan anggaran terdiri dari:
a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode
tertentu dan umumnya satu tahun yang disusun setiap akhir periode
anggaran.
b. Anggaran konitu adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki
anggaran yang telah dibuat misalnya tiap bulan diadakan perbaikan,
sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktu. Anggaran terdiri dari,
Universitas Sumatera Utara
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk
keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang
dibuat untuk jangka waktu lebih dari setahun. Anggaran untuk keperluan
investasi barang modal merupak an anggaran jangka panjang yang disebut
anggaran modal (capital budget) anggaran jangka panjang tidak harus
berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai
dasar penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran
keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master
budget) anggaran induk merupakan konsolidasi rencana keseluruhan
perusahaan untuk jangka pendek. Biasanya disusun atas dasar tahunan.
Anggaran tahunan dapat dipecah lagi menjadi anggaran triwulan, caturwulan,
semester kemudian dipecah menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan
laba rugi. Anggaran operasional antara lain:
- Anggaran penjualan
- Anggaran biaya pabrik yang terdiri dari anggaran biaya bahan baku,
anggaran biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead pabrik.
- Anggaran biaya usaha
- Anggaran laporan laba rugi
Universitas Sumatera Utara
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca.
Anggaran keuangan antara lain terdiri dari:
- Anggaran kas - Anggaran utang
- Anggaran piutang - Anggaran neraca
- Anggaran persediaan
5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran komprehensif merupakan rangkaian dari berbagai macam
anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran ini merupakan
perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan secara
lengkap.
b. Anggaran parsial merupakan anggaran yang disusun tidak lengkap,
anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.
6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari:
a. Appropriation budget adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.
b. Performance budget adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi
aktivitas yang dilakukan dalam perusahaaan untuk menilai apakah
biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui
batas.
3. Kegunaan dan Kelemahan Anggaran
Anggaran yang lengkap meliputi perencanaan untuk seluruh aktifitas
perusahaan. Anggaran menginformasikan kepada manajemen tentang proyeksi
kinerja, sebelum hingga sesudah rencana diimplementasikan. Di saat
Universitas Sumatera Utara
mempersiapkan anggaran, manajemen dimintai mencermati faktor-faktor yang
mempengaruhi anggaran, manajemen dimintai mencermati faktor-faktor yang
mempengaruhi rencana perusahaan dan mengharuskan manajemen untuk
menganalisis secara baik berbagai realitas yang ada. Oleh karena itu anggaran
cenderung menempati posisi yang lebih kritis.
Menurut Munandar (2001:13). Anggaran mempunyai tiga kegunaan
pokok yaitu:
1. Sebagai pedoman kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta
sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan
perusahaan di waktu yang akan datang
2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua
bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang,
saling bekerjasama dengan baik untuk menuju sasaran yang telah
ditetapkan.
3. Sebagai alat pengawas kerja
Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk
menilai realisasi kegiatan perusahaan.
Sementara kelemahan-kelemahan yang membatasi anggaran menurut
Adisaputra dan Asri (2003:53) :
1. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi maka terlaksananya dengan
baik kegiatan-kegiatan bergantung kepada ketetapan estimasi tersebut.
2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil
apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
3. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu
manajer dalam melakukan melakukan tugasnya, bukan menggantikannya.
4. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang
diramalkan sebelumnya, karena itu perlu memiliki sifat fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran mempunyai kegunaan yang pada dasarnya sama, yakni dalam
hal perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan.
1. Dalam bidang perencanaan
a. Mendasarkan kegiatan-kegiatan penyelidikan studi dan penelitian
b. Mengerahkan seluruh tenaga dalam perusahaan dalam penentuan arah atau
kegiatan yang paling menguntungkan.
c. Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan-kebijaksanaan
perusahaan.
d. Menentukan tujuan-tujuan perusahaan
e. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia
f. Mengakibatkan pemakaian alat-alat fisika secara lebih efektif
2. Dalam bidang pengkoordinasian faktor manusia dengan perusahaan
a. Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan perusahaan
b. Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan tren dalam dunia usaha
c. Menetapkan penggunaan modal pacda saluran-saluran yang
menguntungkan dalam arti seimbang dengan program-program
perusahaan.
d. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam organisasi
3. Dalam bidang pengawasan
a. Untuk mengawasi kegiatan dan pengamanan-pengamanan
b. Untuk pencegahan secara umum pemborosan-pemborosan, sebetulnya ini
adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan anggaran.
4. Prosedur Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran berhubungan erat dengan peran departemen
anggaran dan komite anggaran. Departemen anggaran adalah departemen yang
bertugas mengadministrasikan aliran informasi sistem pengendalian melalui
anggaran.
Fungsi departemen menurut Supriyono (2000:50) adalah:
1. Menerbitkan prosedur dan formulir-formulir untuk penyusunan anggaran.
2. Mengkoordinasikan dan menerbitkan setiap asumsi-asumsi dasar yang
dikeluarkan kantor pusat untuk digunakan dalam menyusun anggaran.
3. Menjamin bahwa informasi dikomunikasikan secara wajar diantara unitunit
organisasi yang saling berhubungan.
4. Membantu pusat-pusat pertanggungjawaban di dalam menyusun anggaran.
Universitas Sumatera Utara
5. Menganalisis usulan anggaran dan membantu rekomendasi, pertama pada
penyusunan anggaran dan selanjutnya kepada manajemen puncak
6. Mengadministrasikan proses pengubahan atau penyesuaian anggaran
selama tahun yang bersangkutan.
7. Mengkoordinasikan dan secara fungsional mengendalikan pekerjaan
departemen anggaran di eselon bawah.
Jika dilihat dari pihak-pihak yang menyusun anggaran, maka penyusunan
anggaran menurut Harahap (2001:83) dapat dilakukan dengan cara:
1. Otoriter atau Top Down
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran
bagi tingkat yang lebih rendah. Anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh
pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bawahan tanpa ada
keterlibatan bawahan dalam penyusunannya. Metode ini baik jika karyawan tidak
mampu menyusun anggaran atau membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk
menyusun anggarannya.
2. Demokrasi atau Bottom Up
Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan,
manajer di tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya
anggaran. Anggaran disusun mulai bawahan sampai ke atasan. Bawahan
diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya dimasa yang
akan datang. Metode ini tepat jika digunakan pada perusahaan yang karyawannya
memiliki keahlian dalam penyusunan anggaran dan tidak dikhawatirkan
membutuhkan proses yang lama dan berlarut.
3. Campuran atau Top Down dan Bottom Up
Metode ini adalah yang paling efektif dengan menggabungkan kedua
pendekatan tersebut. Pembuat anggaran mempersiapkan draft pertama anggaran
untuk bidang tanggung jawab mereka yang merupakan pendekatan dari bawah ke
atas. Tetapi mereka melakukan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan
tingkat yang lebih tinggi, yang merupakan pendekatan dari atas ke bawah.
Manajer senior meninjau dan memberikan kritik dan saran atas anggaran yang
diusulkan. Proses peninjauan ini sebaiknya dipandang adil, jika atasan mengubah
jumlah anggaran, dia harus mencoba dan meyakinkan pembuat anggaran bahwa
perubahan itu wajar.
Anggaran disusun pihak manajemen untuk jangka waktu satu tahun dan
membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang diharapkan. Proses penyusunan anggaran merupakan proses rencana
kerja jangka pendek. Adapun proses penyusunan anggaran menurut Gudono
(2000:190) adalah sebagai berikut:
1. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran
(termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta
membentuk komite anggaran, jika belum memiliki komite.
2. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba)
dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran penjualan.
Masing-masing manajer terlibat menerima anggaran penjualan untuk
dijadikan dasar penyusunan anggaran atau manajemen yang lebih tinggi
sering dilakukan pada tahap ini.
3. Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan.
4. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan anggaran yang
diajukan masing-masing departemen oleh komite anggaran. Beberapa
revisi mungkin dilakukan supaya terjadi keharmonisan antara anggaran
dari departemen yang satu dengan anggaran dari departemen yang lain.
Konsultasi dengan pihak-pihak yang terlibat dilakukan untuk membahas
revisi itu.
5. Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran induk kemudian
dibagi-bagikan ke setiap departemen.
Dasar-dasar penetapan anggaran menurut Nafarin (2000: 136) adalah:
1. Harus ada komitmen dari manajemen puncak terhadap konsep
perencanaan dan pengendalian anggaran dan perlunya pengertian yang
baik dari manajemen puncak tentang akibat pelaksanaan perencanaan dan
pelaksanaan perencanaan pengendalian anggaran.
2. Karakteristik atau ciri khas perusahaan dan lingkungan dimana
perusahaan beroperasi, termasuk variabel yang dapat dikendalikan dan
yang tidak dapat dikendalikan, harus diidentifikasi dan di evaluasi
sehingga keputusan yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik
program perencanaan dan pengendalian laba yang efektif dan praktis yang
dapat dibuat.
3. Harus ada evaluasi terhadap struktur organisasi dan pembagian
tanggung jawab manajerial dan penerapan perubahan adalah perlu untuk
menjamin terlaksananya perencanaan dan pengendalian yang efektif.
4. Harus ada evaluasi dan pengorganisasian sistem akuntansi untuk
menjamin bahwa sistem tersebut sesuai dengan pertanggung jawaban di
perusahaan (akuntansi Pertanggungjawaban /responsibility accounting).
Sehingga sistem ini dapat memberikan data yang berguna untuk
perencanaan dan pengendalian.
Universitas Sumatera Utara
5. Kebijakan tentang dimensi waktu atau periode yang dipergunakan
dalam perencanaan dan pengendalian anggaran harus dibuat.
6. Program pelatihan anggaran harus dikembangkan untuk memberikan
informasi kepada manajemen di semua tingkatan tergantung oleh tujuan
perusahaan.
D. Pengawasan Biaya Operasional
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang ditujukan supaya
keputusan yang telah dibuat dalam bentuk rencana benar-benar dijalankan sesuai
dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan. Setiap perusahaan didirikan dengan
maksud untuk mencapai beberapa tujuan pokok. Tercapainya tujuan bukanlah
sesuatu yang terjadi secara kebetulan karena lazimnya sukses mencapai tujuan
hanya dapat dicapai jika semua tahap dari kegiatan yang akan dilakukan telah
dipikirkan dengan seksama dan teliti sampai detailnya oleh mereka yang
bertanggung jawab akan kegiatan tadi. Berdasarkan pemikiran ini maka
manajemen harus mengetahui jurusan yang hendak dituju, hal-hal yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, cara-cara bagaimana ini akan dilakukan, dan pengawasan
yang terus menerus atas pelaksanaan rencana tersebut.
Menurut Harahap (2001 : 10), ”Pengawasan adalah segala usaha dan
kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan menilai apakah pelaksanaan tugas
sesuai dengan yang sebenarnya.”
Sebagaimana telah diketahui bahwa perencanaan itu adalah suatu proses
penentuan lebih dahulu aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dimasa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan, sedangkan pengawasan itu sendiri adalah
Universitas Sumatera Utara
semua aktivitas yang dilakukan untuk mengetahui hasil kerja seseorang apakah
sesuai dengan rencana. Jadi, jelaslah bahwa antara perencanaan dan pengawasan
sangat erat hubungannya karena pengawasan hanya dapat dilakukan apabila telah
ada suatu ukuran tertentu, dalam hal ini perencanaan merupakan tolok ukur.
Sistem pengawasan yang paling efektif dipergunakan oleh suatu perusahaan
adalah melalui sistem pengawas intern atau yang lebih dikenal dengan nama
struktur pengendalian intern.
Dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan perlu adanya
struktur organisasi yang menggambarkan dengan jelas tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing bagian sehingga kemungkinan yang merugikan
perusahaan dapat dielakkan ataupun dibatasi seminimal mungkin.
Pengawasan terhadap biaya operasional tidak akan dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan
pengawasan yang baik terhadap biaya operasional perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengeluaran atau biaya harus hanya diperkenankan atas dasar persetujuan yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang, dan sebelumnya pengeluaran tersebut
memang benar-benar diperlukan.
2. Pengeluaran atau biaya yang terjadi merupakan tugas pengawasan kepada
mereka yang diberikan wewenang.
Universitas Sumatera Utara
Tahap-tahap pengawasan dan pengukuran hasil kerja dapat dilakukan
melalui pencatatan kejadian atau transaksi yang dilakukan melalui prosedurnya
sampai akhirnya diperlukan melalui laporan keuangan.
Tujuan
Anggaran
Pengukuran Umpan balik
Analisis varians dalam menyusun
Perbandingan anggaran dan fakta tujuan
Tindakan koreksi
Gambar 1.1
Proses anggaran sebagai alat pengawasan
Sumber: (Harahap, 2001 : 9)
Di dalam Standart Profesional Akuntan Publik ( IAI, 2001 ; SA 319.03)
struktur pengendalian intern didefinisikan antara lain sebagai berikut:
“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan
pelaporan keuangan (b) efektifitas dan efisiensi operasional dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.
Tujuan dilakukannya struktur pengendalian intern adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi
2. Mencek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Unsur struktur pengendalian intern ini terdiri dari tiga unsur pokok
yaitu:
1. Lingkungan pengendalian
2. Sistem akuntansi
3. Pengendalian
Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari beberapa
faktor dalam membentuk, memperkuat atau merupakan efektifitas kebijakan dan
prosedur tertentu. Contohnya: di dalam pengeluaran biaya operasional,
pelaksanaan pekerjaannya harus sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik
dan manajer perusahaan mengenai pentingnya pengendalian suatu perusahaan.
Efektifitas sistem akuntansi dan prosedur pengendalian sangat ditentukan oleh
atmosfer yang diciptakan lingkungan pengendalian.
Sistem Akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini sistem dianggap sebagai suatu jaringan prosedur yang saling
berrkaitan yang dapat dilambangkan sesuai dengan kerangka yang saling
berinteraksi untuk melaksanakan kegiatan perusahaan seluruhnya. Sistem
akuntansi diciptakan untuk mengindentifikasi, merakit, menggolongkan,
menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu kesatuan usaha tersebut.
Sistem akuntansi dapat dipakai sebagai suatu alat untuk menyusun informasi dan
data sehingga dapat mengawasi harta kekayaan perusahaan. Sistem akuntansi
yang baik dapat mengarahkan pencatatan sistematis, terinci dan sekaligus sangat
berguna di dalam penyusunan anggaran dimasa yang akan datang dengan melihat
data tahun sebelumnya.
Pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan
terhadap lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah diciptakan
oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu
satuan usaha akan tercapai.
Dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan perlu adanya struktur
organisasi yang menggambarkan dengan jelas tugas, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing bagian sehingga kemungkinan yang merugikan perusahaan
dalam dielakkan ataupun dibatasi seminimal mungkin.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan terhadap biaya operasional tidak akan dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan pengawasan
yang baik terhadap biaya operasional perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengeluaran atau biaya hanya di perkenankan atas dasar persetujuan yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang, dan sebelumnya pengeluaran tersebut
memang benar-benar diperlukan.
b. Pengeluaran atau biaya yang terjadi merupakan tugas pengawasan kepada
mereka yang diberikan wewenang.
1. Tekhnik Pengawasan Biaya Operasional
Dalam melaksanakan pengawasan biaya operasional dapat digunakan
teknik pengawasan sebagai berikut:
a. Pengawasan menggunakan anggaran.
Jika anggaran dipakai sebagai alat pengawasan biaya operasional maka
pada awal periode ditentukan anggaran biaya untuk setiap jenis biaya yang
didistribusikan untuk setiap bagian dari departemen yang merupakan kegiatan
fungsional.
Pengawasan menbutuhkan suatu alat pengukur untuk keseluruhan
organisasi, dalam hal ini anggaran mempunyai peranan sebagai alat pengukur atas
pelaksanaan yang sesungguhnya. Informasi yang diberikan melalui anggaran
ditujukan kepada pimpinan dalam bentuk laporan yang disusun sedemikian rupa
Universitas Sumatera Utara
sehingga akan jelas terlihat apabila terdapat hal-hal yang memerlukan perbaikan
dengan segera.
Penyimpangan yang bersifat merugikan serta dapat dikendalikan harus
segera dilakukan tindakan perbaikan sedangkan yang bersifat menguntungkan jika
mungkin ditingkatkan atau setidaknya dapat dipertahankan sehingga dapat
dijadikan dasar untuk perencanaan dan pengawasan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
Analisis yang dilakukan terhadap penyimpangan perlu dilakukan karena
tidak ada gunanya mengetahui adanya suatu keadaan yang kurang baik tanpa
melakukan tindakan perbaikan terhadap keadaan tersebut. Namun demikian, hal
ini tidak berarti bahwa hal-hal yang telah sesuai dengan anggaran dapat diabaikan
oleh pimpinan tetapi harus waspada terhadap adanya kemungkinan kesesuaian
yang disengaja untuk menutupi kesalahan atau kekurangan yang sebenarnya ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa anggaran perusahaan merupakan alat yang
penting bagi pimpinan untuk melaksanakan pengawasan atau pelaksanaan agar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Anggaran merupakan suatu rencana untuk masa yang akan datang
sedangkan keadaan dimasa yang akan datang diliputi oleh ketidakpastian, selalu
terjadi perubahan baik yang disebabkan oleh faktor intern maupun faktor eksternal
perusahaan. Agar anggaran sebagai alat pengawasan dapat lebih berhasil guna
maka sebaiknya dilakukan perbandingan antara realisasi dengan realisasi dengan
Universitas Sumatera Utara
anggaran secara teratur dan terus-menerus yang dicatat didalam laporan
pelaksanaan atau laporan realisasi anggaran.
Anggaran mempunyai peranan penting untuk fungsi pengawasan biaya
operasional yaitu sebagai alat pengukur bagi pelaksanaan dan rencana yang telah
disusun agar dapat dicegah adanya pemborosan biaya. Terhadap laporan-laporan
realisasi anggaran dilakukan analisis untuk mengetahui sebab-sebabnya dan
menjadi dasar untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang perlu.
Jelaslah anggaran merupakan salah satu teknik yang penting di dalam
melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang tlah direncanakan agar
tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan.
b. Pengawasan menggunakan standar
Teknik lain untuk mengawasi biaya operasional adalah dengan
menggunakan standar. Tujuan pemakaian standar disini adalah untuk lebih
meningkatkan efisiensi kegiatan dengan cara mengaitkan antara prestasi dari
kegiatan dengan biaya yang terjadi.
Melakukan pengawasan berarti tindakan untuk menetapkan apakah
semua rencana telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Untuk mengetahui
apakah semua rencana telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan apakah ada
penyimpangan maka dibutuhkan suatu tolok ukur. Yang menjadi tolok ukur biaya
operasional dalam standar ini adalah membandingkan biaya standar dengan biaya
aktual. Biaya standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang
ditentukan untuk setiap elemen biaya dan pada setiap departemen. Biaya standar
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan dapat dipakai sebagai alat pengawasan biaya dan menilai prestasi
pelaksanaan dengan baik.
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan terlebih dahulu besarnya
berdasarkan penelitian yang seksama. Biaya standar menunjukkan berapa besar
biaya yang seharusnya terjadi dalam operasional yang normal dan berdaya guna
sehingga dapat dipakai sebagai patokan untuk mengukur daya guna. Biaya standar
ini merupakan target yang dituju dan juga merupakan patokan yang dapat dipakai
untuk mengukur dan menilai biaya sesungguhnya.
Pada setiap periode akuntansi, biaya sesungguhnya dibandingkan dengan
biaya standar sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya dan penilaian prestasi
dengan jalan menentukan efisiensi setiap elemen biaya pada setiap departemen.
Penentuan besarnya selisih biaya yang timbul akan menunjukkan elemen biaya
apa pada departemen mana dan tanggung jawab siapa selisih biaya tersebut.
Saldo debet dalam rekening berarti biaya aktual lebih besar dari biaya
standar. Hal ini disebut dengan selisih yang merugikan. Sebaliknya bila rekening
selisih bersaldo kredit berarti biaya aktual lebih kecil dari biaya standar. Hal ini
disebut dengan selisih yang menguntungkan.
Cara penyusunan anggaran yang paling baik adalah penyusunan
anggaran berdasarkan biaya standar karena seperti yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa biaya standar ditetapkan melalui pendekatan secara ilmiah
yang didahului dengan analisis dan penelitian sehingga dimungkinkan untuk
mengadakan perencanaan dan pengawasan dengan sebaik-baiknya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan anggaran dan biaya standar secara bersamaan
maka biaya standar akan menjadi kerangka pendukung yang akurat bagi
tersusunnya suatu anggaran.
E. Prosedur Pengeluaran Biaya Operasional
Walaupun anggaran biaya operasional telah disusun dengan baik namun
tanpa adanya suatu prosedur terhadap penggunaan biaya operasi yang baik maka
anggaran tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Anggaran yang digunakan sebagai pedoman dalam pengeluaran biaya
operasional dalam pelaksanaannya harus menempuh suatu prosedur tertentu yang
sesuai dengan perusahaan. Pengawasan operasional dan transaksi dapat dilakukan
melalui jalur-jalur yang telah ditetapkan lebih dahulu untuk setiap kegiatan
perusahaan. Dalam setiap prosedur digunakan dokumen yang merupakan bukti
terjadinya transaksi yang telah diotorisasikan oleh yang berwenang untuk
selanjutnya digunakan sebagai dasar pencatatan.
Setelah membuat rencana berdasarkan anggaran dan biaya standar maka
semua penyimpangan biaya dari rencana yang kiranya penting bagi manajemen
harus dicatat dan dicantumkan dalam laporan realisasinya. Laporan ini harus
disusun sedemikian rupa sehingga dengan demikian manajemen dapat menangkap
persoalannya dan segera membuat keputusan mengenai tindakan koreksi yang
harus diambil.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, laporan harus memperlihatkan dengan jelas apa yang
menjadi sebab dari penyimpangan dan siapa yang bertanggung jawab atas
penyimpangan tersebut dan juga siapa yang harus melakukan tindakan untuk
memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
Laporan realisasi anggaran adalah suatu laporan yang memuat angkaangka
realisasi atau menurut catatan akuntansi. Tujuan laporan tersebut adalah
untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan bak yang bersifat positif
maupun yang bersifat negatif sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
tindakan koreksi yang perlu.
1. Bentuk Anggaran Biaya Penjualan
Tidak ada bentuk standar yang harus digunakan oleh suatu perusahaan,
jika akan menyusun suatu anggaran. Ini berarti perusahaan mempunyai kebebasan
untuk menentukan bentuk suatu format yang sesuai dengan keadaan perusahaan
masing-masing. Demikian pula halnya dengan biaya penjualan. Sebagai ilustrasi
berikut merupakan contoh anggaran biaya penjualan.
Tabel 1.1
Anggaran Biaya Penjualan
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 1999
Uraian Kuartal Tahun
1 2 3 4
Rencana penjualan dalam 2000 6000 6000 2000 6000
Universitas Sumatera Utara
unit
Biaya pemasaran per unit X$ 0,05 X$ 0,05 X$ 0,05 X$ 0,05 X$ 0,05
Total Biaya Variabel $100 $300 $300 $100 $100
Biaya penjualan tetap:
Gaji $10 $10 $10 $10 $40
Iklan $10 $10 $10 $10 $40
Depresiasi $5 $5 $5 $5 $20
Travel $3 $3 $3 $3 $12
Total Biaya Tetap $28 $28 $28 $28 $112
Total Biaya Penjualan $128 $328 $328 $128 $912
Sumber : (Hansen dan Mowen, 2002 : 726)
Dalam bidang perencanaan, dengan disusunnya anggaran biaya
penjualan, maka perusahaan dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan
secara terperinci biaya-biaya yang akan dikeluarkan yang nantinya akan dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Biaya penjualan ini disebut juga dengan
biaya variable, yakni biaya-biaya yang selalu berubah secara proporsional
(sebanding) sesuai dengan penjualan. Biaya variable ini dibebankan pada
pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut. Di lain pihak anggaran biaya
dipakai sebagai alat koordinasi biaya penjualan. Semua petugas, baik pengawas
penjualan maupun tenaga salesman dapat bekerjasama untuk merencanakan
kegiatan pemasaran.
2. Bentuk Anggaran Biaya Administrasi dan Umum
Penyediaan anggaran tidak mempunyai bentuk standar tertentu, karena
kegunaan anggaran adalah kepentingan intern perusahaan, jadi penyediaan dan
bentuk anggaran setiap perusahaan akan berbeda. Hal ini dipengaruhi besar
kecilnya perusahaan, kondisi ekonomi, aspek teknis terhadap pembiayaan dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Sebagaimana halnya dengan anggaran-anggaran yang lain, anggaran
biaya administrasi dan umum ini juga tidak mempunyai bentuk standar. Sebagai
ilustrasi pada halaman berikut ini merupakan contoh anggaran biaya administrasi
dan umum.
Tabel 1.2
Anggaran Biaya Administrasi dan Umum
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 1999
Uraian Kuartal Tahun
1 2 3 4
Gaji $25 $25 $25 $25 $100
Asuransi - - $15 - $15
Depresiasi $10 $10 $10 $10 $40
Travel $2 $2 $2 $2 $8
Total biaya administrasi dan
umum $37 $37 $52 $37 $163
Sumber : (Hansen dan Mowen, 2002 : 726)
Anggaran biaya administrasi dan umum merupakan rencana biayabiaya
yang relatif tetap selama periode yang akan datang. Biaya ini disebut juga
dengan biaya tetap yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya volume kegiatan perusahaan. Biaya administrasi dan umum ini
menunjukkan biaya tetap perusahaan selama suatu periode tertentu. Biaya-biaya
ini berhubungan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
organisasi perusahaan. Oleh karena itu biaya ini akan terus terjadi sejak
perusahaan memulai operasionalnya sampainya perusahaan berdiri.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menyusun anggaran biaya ini perlu ditabulasi jenis-jenis biaya
administrasi dan umum yang terjadi pada periode sebelumnya, berupa jumlahnya
dan dicek kembali adakah pengurangan atau penambahannya.
3. Analisis Penyimpangan Biaya Operasional
Analisis yang dilakukan terhadap penyimpangan perlu dilakukan,
karena tidak ada gunanya mengetahui adanya suatu keadaan yang kurang baik
tanpa melakukan tindakan perbaikan terhadap keadaan tersebut. Namun demikian,
hal ini tidak berarti bahwa hal-hal yang sesuai dengan anggaran dapat diabaikan
oleh pimpinan, tetapi harus waspada terhadap adanya kemungkinan kesesuaian
yang disengaja untuk menutupi kesalahan atau kekurangan yang sebenarnya ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa anggaran perusahaan merupakan alat yang
penting bagi pimpinan untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
perusahaan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Jika dibandingkan anggaran yang disusun berdasarkan dengan biaya
yang sesungguhnya terjadi, maka biasanya akan terdapat perbedaan-perbedaan.
Perbedaan tersebut merupakan penyimpangan dari anggaran dinamakan varians
dan untuk maksud pengawasan dapat dianalisis lebih lanjut.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa cara menggunakan biaya
standar sebagai alat pengawasan adalah dengan jalan membandingkannya dengan
biaya aktual (biaya sebenarnya). Selisih antara keduanya itu yang disebut dengan
penyimpangan biaya.
Universitas Sumatera Utara
Penyimpangan biaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Favorable Variance yaitu penyimpangan atau selisih yang menguntungkan.
Hal ini terjadi karena biaya standar lebih besar dari biaya sesungguhnya
terjadi.
b. Unfavorable Variance yaitu penyimpangan atau selisih yang tidak
menguntungkan atau disebut dengan penyimpangan yang merugikan. Keadaan
ini terjadi seandainya biaya standar lebih kecil dari biaya sesungguhnya
terjadi.
Manajemen tidak hanya ingin mengetahui jumlah selisih antara hasil
yang direncanakan dengan hasil yang sebenarnya, namun yang paling penting
juga mengetahui mengapa selisih tersebut terjadi. Dalam rangka tindakan
perbaikan pada masa yang akan datang, penyimpangan biaya tersebut perlu
dianalisis untuk dapat menentukan apa yang menyebabkan penyimpangan
tersebut. Dengan mengetahui penyebabnya, akan dapat pula diputuskan apa yang
harus diperbaiki di masa datang.
Mengetahui dapat diartikan memisah-misahkan atau membeda-bedakan
menurut jenis atau unsur-unsurnya. Dalam menganalisis penyimpangan, kadangkadang
ditemukan ada pendapat yang salah tentang pentingnya penyelidikan atau
penyimpangan biaya atau selisih biaya tersebut. Pendapat itu mengatakan bahwa
penyimpangan yang perlu diselidiki adalah penyimpangan yang sifatnya tidak
menguntungkan. Sementara penyimpangan yang menguntungkan tidak perlu
diselidiki. Pendapat ini sama sekali tidak benar, karena terjadinya penyimpangan
yang menguntungkan mungkin saja disebabkan karena harga standar yang terlalu
Universitas Sumatera Utara
tinggi, bukan karena perusahaan berhasil menekan pemborosan. Demikian pulsa
sebaliknya, penyimpangan biaya yang merugikan tidak selamanya karena
ketidakefisienan perusahaan dalam aktivitasnya, tetapi mungkin juga terjadi
karena biaya standar terlalu rendah.
Analisi varians melibatkan penggunaan hubungan antara dua variable
yang masing-masing terdiri dari rangkaian data untuk dapat memantau sebabsebab
terjadinya penyimpangan.
Menurut Nafarin (2000 : 18) Analisis varians digunakan secara luas
dalam pelaporan keuangan dan sering diaplikasikan menurut keadaan berikut
dibawah ini:
a. Penyelidikan penyimpangan antara hasil aktual tahun berjalan dengan hasil
aktual tahun lalu, dimana tahun lalu dianggap sebagai dasar.
b. Penyelidikan penyimpangan antara hasil aktual dengan biaya standar, dimana
biaya standar diperlukan sebagai dasar pembanding.
c. Penyelidikan penyimpangan antara hasil aktual dengan sasaran anggaran
dimana sasaran diperlukan sebagai dasar pembanding.
Unsur mengembangkan analisis penyimpangan, maka para analisis
mengemukakan beberapa kegunaannya sebagai berikut:
a. Dapat meneliti perbedaan dan permasalahan penyimpangan anggaran,
efisiensi, dan kapasitas yang menganggur
b. Mudah mengerti bagi pihak yang memperoleh kebaikan penggunaannya.
c. Dapat mengukur ketelitian dan ketepatan yang seksama terhadap semua
aspek-aspek yang menimbulkan penyimpangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat memberikan penjelasan dan penyajian data suatu laporan realisasi
bulanan maupun dalam suatu laporan khusus, dengan sekaligus memberikan
komentar yang diperlukan.
Dengan demikian penyimpangan biaya, baik yang menguntungkan
ataupun penyimpangan yang merugikan perlu dianalisis dalam rangka tindakan
perbaikan pada kurun waktu yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Biaya Oprasional
Biaya Operasional
a. Defenisi Biaya Operasional
Secara
umum dalam menjalankan kegitn perusahaan Sangay dibutuhkan biaya yang
dapat membantu dalam pengambilan keputusan operasi sehari-hari. Istilah
biaya atau cost sering digunakan dengan arti yang berbeda-beda.
Sehubungan dengan pengertian biaya (cost) maka terlebih dahulu perlu
diketahui bahwa sangat sulit bagi kita untuk memberikan pengertian yang
tepat atas biaya yang dimaksud, sehingga biaya dapat digolongkan kedalam
beberapa pengertian sesuai dengan tujuan penggunaan biaya tersebut.
Menurut Carter dan Usry (2004:29) mendefenisikan “Biaya
(Cost) sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat, sehingga dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan
pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau dimasa yang
akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”.
Menurut Machfoedz (2000:36) mendefenisikan “Biaya
adalah jumlah yang diukur dalam bentuk keuangan dari kas yang
dikeluarkan atau kekayaan yang dipindahkan, saham yang dikeluarkan atau
hutang yang dibentuk dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang
diperoleh ”.
Menurut Mowen dan Handsen (2000:36) mendefenisikan “Biaya
adalah nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan
datang bagi organisasi atau perusahaan “.
Selain itu, pengertian biaya secara luas mengandung lima unsur antara lain:
1. Merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dengan satuan uang
3. Yang telah terjadi dan yang akan terjadi
4. Untuk tujuan tertentu
5. Biaya dapat diartikan juga seperti beban, harga perolehan, harga pokok, nilai tukar dan pengorbanan
Dari
pengertian biaya yang diberikan oleh para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan ekonomis yang harus
dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa. Hal ini membuktikan bahwa
betapa pentingnya biaya yang dikeluarkan agar operasi perusahaan dapat
berjalan dengan baik. Begitu juga dengan PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna
dapat menjalankan operasi perusahaan harus mengeluarkan biaya terlebih
dahulu, dimana pengorbanan ekonomis untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
jasa pengorbanan atau secara langsung untuk mendapatkan hasil tau laba.
b. Klasifikasi Biaya Operasional
Klasifikasi
biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya yang sistematis atas
keseluruhan dari elemen-elemen yang ada dalam golongan. Untuk itu,
penulis mengambil pengklasifikasian biaya menurut Supryono dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2001:250) sebagai berikut :
a. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi pokok kegiatan perusahaan.
1. Biaya Produksi
Yang termasuk biaya produksi adalah biaya materil, biaya langsung dan biaya overhead.
2. Biaya Administrasi Umum
Yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi umum.
b. Klasifikasi biaya berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai
1. Biaya Langsung
Adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak didefeniskan kepada objek atau pusat atau pusat biaya tertentu.
2. Biaya Tidak Langsung
Adalah
biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan kepada
objek atau pusat biaya tertentu dan manfaatnya dinikmati beberapa objek
atau pusat biaya.
C. Anggaran Biaya Operasional
Di
dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap perusahaan selalu
dihadapkan pada masa yang penuh dengan ketidapastian, sehingga akan
menimbulkan masalah pemilihan dari berbagai alternatif kebijakan yang
akan ditempuhnya dalam melaksanakan kegiatan usahanya tersebut. Di
samping itu, dalam pelaksanaan kebijakan yang
telah diputuskan tersebut, perlu adanya suatu alat untuk
mengkordinasikan semua kegiatan agar dapat berjalan secara resmi dan
terkendali. Untuk keperluan tersebut banyak sarana manajemen yang dapat
dipergunakan dan salah satunya dalam bentuk anggaran. Dengan kata lain, anggaran
akan sangat bermanfaat untuk mensinergikan seluruh sumber dana dan daya
pada suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. Secara umum
anggaran dapat didefinisikan :
Menurut Carter dan Usri (2004:13) mendefenisikan “Anggaran (Budget) adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen”. Menurut Sukarno (2004:144) mendefenisikan “Anggaran
adalah rencana yang terorganisasi dan menyeluruh dinyatakan dalam unit
moneter untuk operasi dan sumber daya suatu perusahaan selam periode
tertentu dimasa yang akan datang ”.
Anggaran
biaya operasional adalah anggaran atau taksiran semua biaya yang
dikeluarkan dan pada hakekatnya dianggap habis dalam masa tahun buku.
Menurut Adisaputro (2003:289), yang termasuk di dalam biaya anggaran operasional yaitu :
a. Anggaran Biaya Tetap
Anggaran
biaya tetap adalah anggaran biaya yang jumlahnya tetap, tidak berubah
meslipun volume produk berubah sampai dengan menganalisis biaya tetap.
b. Anggaran Biaya Variabel
Anggaran
biaya variabel adalah anggaran biaya yang jumlahnya berubah-ubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi. Ini berarti jika
terjadi peningkatan aktivitas perusahaan maka jumlah biaya variabel
meningkat pula dan juga sebaliknya.
c. Anggaran Biaya Semi Variabel
Anggaran
biaya semi variabel adalah anggaran biaya-biaya yang sebagian tetap dan
sebagian lagi bersifat variabel. Contohnya seperti: biaya pemeliharaan
gedung, biaya pemeliharaan mesin/alat-alat kantor, upah dan gaji
karyawan.
Kamis, 30 Januari 2014
BAKTERI BIOTIK SENDIRI
MEMBUAT
BAKTERI BIOTIK SENDIRI
Cara sederhana mengembangkan bakteri
probiotik adalah sbb :
Bahan :
Bahan :
- Biang bakteri = 1 liter/botol, bisa juga bbrp merek
- Air kelapa plus santannya = 5 liter
- Air cucian beras = 5 liter
- Susu segar (Yakult 1ltr) = 2 liter
- Gula merah = 2 Kg
- Air sumur/sumber = 5 liter
Cara membuatnya :
- Siapkan wadah dan peralatan yang bersih, bak/ember/lainnya, jerigen, pengaduk, pisau, tutup.
- Iris Gula Merah tipis-tipis terlebih dahulu
- Campurkan semua bahan tersebut diatas ke dalam wadah, aduk aduk sampai merata
- Kemudian tutuplah bagian atas wadah.
- Tutup bisa memakai plastik, tripleks, kartoon dll, asal tidak kena debu pada campuran tersebut
- Kemudian biarkan selama satu minggu (jika mau lebih cepat jadi pakailah aerator, selang dimasukkan dalam bak).
- Setelah satu minggu pindahkan campuran tersebut ke dalam jirigen yang telah bersih, tutuplah tapi tidak rapat dan biarkan satu minggu lagi.
- Setelah satu minggu di dalam jerigen maka campuran ini bisa dipanen sebanyak 1-2 liter dan pindahkan ke wadah lain.
- Campuran ini bisa dipergunakan untuk perawatan kolam, campuran pakan, untuk pembuatan kompos media cacing maupun untuk memfermentasi bahan pakan cacing, untuk kultur kolam tandon, perawatan kolam, menghilangkan bau wc/kandang, dll.
- Siapkan juga santan yang memakai air kelapa dan gula merah sebanyak cairan yang kita ambil dan masukkan ke dalam jerigen yang telah kita ambil cairannya tadi.
- Lakukanlah pemanenan ini setidaknya seminggu sekali, maka bakteri yang kita kembangkan ini tidak akan ada habisnya, dengan syarat baunya tetap seperti semula/bau khas tape.
- Setiap 6 bulan sekali tambahkanlah susu segar atau Yakult secukupnya agar kandungan bakteri Laktobacillusnya tetap tinggi.
- Jika mau, bisa juga ditambahkan jus nanas yg disaring, ekstrak lumut dan kecambah sebagai tambahan hormon, terasi bagus 1 ons, ragi tape/tempe....
Dosis Pemakaian :
- Pengomposan bahan organik : 1 liter/ton
- Pengomposan dasar kolam : 20 mL/m2
- Perawatan air kolam/kolam kultur : 50 mL/m3
- Pakan hewan : 10 mL/Kg
- dll
Note :
dosis biasanya untuk pengomposan bahan organik 1ltr/ton...utk pengomposan dasar kolam 20ml/m2...utk perawatan air kolam/kolam kultur 50ml/m3...utk pakan ternak 10ml/kg dll
tetes tebu sebenarnya adalah limbah yg berisi berbagai kimia, sangat tdk sy sarankan, semakin organik bahan yg dipakai semakin bagus hasilnya, bisa tahan bertahun2 dgn cara sederhana tsb. yg pake tetes cm tahan 3-4bln sj
dosis biasanya untuk pengomposan bahan organik 1ltr/ton...utk pengomposan dasar kolam 20ml/m2...utk perawatan air kolam/kolam kultur 50ml/m3...utk pakan ternak 10ml/kg dll
tetes tebu sebenarnya adalah limbah yg berisi berbagai kimia, sangat tdk sy sarankan, semakin organik bahan yg dipakai semakin bagus hasilnya, bisa tahan bertahun2 dgn cara sederhana tsb. yg pake tetes cm tahan 3-4bln sj
Langganan:
Postingan (Atom)